BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berbicara
mengenai filsafat dan sains merupakan hal yang paling urgen dalam kehidupan
manusia sekarang ini. Seiring dengan perkembangan IPTEK yang begitu pesat tentu
kita tidak begitu saja mengelakan hekekat IPTEK dalam kaitannya dengan dengan
filsafat dan sains. Sebagai manusia yang terus berpikir dan tidak terlepas akan
eksistensinya sebagai makluk berpikir tentu perkembangan filsafat dan sains
merupakan suatu hal yang begitu esensi untuk di telaah secara pasti mengenai
secara perkembangan filsafat dan sains. Histori perkembangan filsafat dan sain
adalah salah satu bentuk realita yang harus diterima manusia sebagai bagian
dari peristiwa histori manusia itu sendiri menuju kesempurnaan seperti sekarang
ini.
Cogito ergo sum.
Saya berpikir maka saya ada. Filsafat muncul sebagai representasi dari
perkembangan pola berpikir manusia yang lebi rasional, realistis, dan
ilmiah sebagaimana seperti apa yang di
lihat, apa yang dilakuan dan apa yang
dirasakan oleh manusia di kala itu. Untuk tidak meninggalkan eksistensi
tersebut sebagai manusia kita harus
berusaha mengetahui sejarah perkembangan filsafat dan sains.
Mengingat
perbedaan filsafat dan sains yang begitu kompleks, perlu dicermati secara
kritis dan mendalam. Diiringi perkembangan zaman yang begitu signifikan, dimana
semua bidang kehidupan dibantu oleh computer sehingga perfilman sains mulai
dipertontonkan dikalangan publik. Karna itu penulis mengangkat tulisan dengan
judul: PERKEMBANGAN FILSAFAT DAN SAINS DAN PENAYANGAN FILM SAIN.
1.2.
Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan
Umum
Ø Agar
pembaca mengetahui sejarah perkembangan filsafat dan sains di dunia.
Ø Agar
pembaca memahami dan mengetahui tokoh-tokoh dalam sejarah perkembangan filsafat
dan sains.
Ø Agar
kita sebagai kaum berintelek dapat berpikir secara kritis dan ilmia dalam
melihat fenomena kehidupan manusia sekaligus perkembangan film sains.
1.2.2. Tujuan
Khusus
Tujuan khusus dari
tulisan ini adalah untuk memenuhi tugas matakulia sejarah fisika sekaligus
melatih tanggung jawab dari penulis dalam mengikuti proses perkuliahan di
Universitas Kanjuruhan Malang.
1.3. Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dari tulisan
ini, sebagai berikut:
ü Apa
yang dimaksudkan dengan filsafat?
ü Apa
yang dimaksudkan sains?
ü Bagaimana
sejarah perkembangan fisafat?
ü Bagaimana
sejarah perkembangan sains?
ü Apa
perbedaan dan hubungan dari filsafat dan sains?
1.4.
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan terdiri tiga bagian, yaitu:
BAB I:
PENDAHULUAN, yang terdiri dari beberapa sub pokok, yaitu: latar belakang
penulisa, tujuan penulisan, rumusan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II:
PEMBAHASAN, yang terdiri dari bebrapa sub pokok, yaitu: penegrtian filsafat,
pengertian sain, sejarah perkembangan filsafat, sejarah perkembangan sains,
hubungan sains dan filsafat dan
penayangan film sains.
BAB: III
PENUTUP, yang berisikan kesimpulan dari tulisan ini dan saran dari penulis bagi
segenap pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Filsafat dan Sains
2.1.1. Pengertian Filsafat
Secara etimolgis Kata filsafat atau philosophy,
berasal dari bahasa Yunani yaitu Sophia
yang berarti kebijaksanaan dan Philein
yang berarti mencintai. Jadi, filsafat adalah semata-mata mencintai kebijaksanaan.
Namun cakupan pengertian Sophia yang semula itu ternyata luas sekali. Dahulu
sphia bukan hanya berarti kearifan saja melainkan meliputi pula kebenaran
pertama, pengetahuan luas, kebijakan intelektual, pertimbangan sehat sampai
kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikan dalam memutuskan soal-soal praktis. Hal ini menujukan bahwa ruang lingkup kajian
filsafat cukup luas yang mana tidak dibatasi oleh satu objek tertentu.
Menurut kamus besar bahhasa
Indonesia, filsafat artinya adalah: 1). Pengetahuan dan penyelidikan dengan
akal budi mengenai hakekat segalah yang ada, sebab, asal, dan hukumnya; 2).
Teori yang mendasar alam pikiran atau suatu kegiatan; 3). Ilmu yang berintikan
logika, estetika, metafisika, dan epistemology; 4) falsafah. Dari kedua pengertian
diatas penulis menarik kesimpulan bahwa filsafat
adalah pengetehauan yang menyelidiki
secara akal budi segalah sesuatu yang ada ( benda fisik maupun non fisik) sebab, asal dan hukumnya sehingga memperoleh
suatu kebenaran yang nyata dan dapat diuji.
Adapun pengertian filsafat menurut
parah ahli antara lain; pertama Mudhofir (1996:1), menjabarkan bahwa
pengertian filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti dunia dalam hal
makna dan nilai nilainya. Filsafat berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang sal mula dan sifat dasar alam semesta
tempat manusia hidup serta apa yang menjadi tujuan hidupnya. Kedua,
Plato ( 427sm- 347sm)
menjelaskan bahwa filsafat merupakan pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu
pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli). Ketiga, Aristoteles (
384 sm- 322 sm) adalah ilmu penegtahuan yang meliputi kebenaran, yang
didalamnya tekandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik dan estetika ( filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).
Dari beberapa pengertian parah ahli
diatas mengerah pada hal yang paling
urgens dari pengerian filsafat tersebut yaitu: pengetahuan dan kebenaran.
Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah pengetauan mencari
kebenaran.
2.1.2. Pengertian Sains
Kata sains berasal dari bahasa latin
”scientia” yang berarti pengetahuan yang memandang dan mengamati keberadaan
(eksistensi) alam ini sebagai suatu objek. Berdasarkan Webster New Collegiate Dictionary definisi dari sains adalah
pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian atau pengetahuan
yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum – hukum alam yang terjadi
misalnya didapatkan dan dibuktikan melalui metode ilmiah.
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, sains berarti(1) ilmu teratur (sistematis) yang
dapat diuji kebenarannya; (2) ilmu yang berdasarkan kebenaran atau kenyataan
semata (fisika, kimia dan biologi). Sain
merupakan salah satu sarana untuk mensejajarkan harapan dan rasionalitas
sebagai dua nama dari suatuu kemampuan manusia untuk bertumbuh dan berkembang.
2.2. Sejarah dan perkembangan
filsafat
Meski istilah philosophia pertama
kali dimunculkan oleh Pythagoras, namun orang Yunani pertama yang bisa diberi
gelar filsuf ialah Thales (640-546 S.M.) dari Mileta (sekarang di pesisir barat
Turki). Ia merupakan seorang Filsuf yang mendirikan aliran filsafat alam
semesta atau kosmos dalam perkataan Yunani. Menurut aliran filsafat kosmos,
filsafat adalah suatu penelaahan terhadap alam semesta untuk mengetahui asal
mulanya, unsur-unsurnya dan kaidah-kaidahnya (The Liang Gie, 1999).
Dalam buku History and Philosophy of
Science karangan L.W.H. Hull (1950), menulis setidaknya sejarah filsafat dan
ilmu dapat dibagi dalam beberapa periode, termasuk di dalamnya tokoh-tokoh yang
terkenal pada periode itu.
2.2.1.
Periode pertama, filsafat Yunani abad 6 SM
Pada masa ini ahli filsafatnya
adalah Thales, Anaximandros, dan Anaximenes yang dianggap sebagai bapak-bapak
fisafat dari Mileta. Thales berpendapat bahwa sumber kehidupan adalah air.
Makhluk yang pertama kali hidup adalah ikan dan menusia yang pertama kali
terlahir dari perut ikan. Thales juga berpendapat bahwa bumi terletak di atas
air. Tentang bumi, Anaximandros mengatakan bahwa bumi persis berada di pusat
jagat raya dengan jarak yang sama terhadap semua badan yang lain. Sementara
Anaximenes dapat dikatakan sebagai pemikir pertama yang mengemukakan persamaan
antara tubuh manusia dan jagat raya. Udara di alam semesta ibarat jiwa yang
dipupuk dengan pernapasan di dalam tubuh manusia.
2.2.2.
Periode Kedua, Periode setelah
kelahiran Al Masih (Abad 0-6 M)
Pada masa ini pertentangan antara
gereja yang diwakili oleh para pastur dan para raja yang pro kepada gereja,
dengan para ulama filsafat. Sehingga pada masa ini filsafat mengalami
kemunduran. Para raja membatasi kebebasan berfikir sehingga filsafat
seolah-olah telah mati suri. Ilmu menjadi beku, kebenaran hanya menjadi
otoritas gereja, gereja dan para raja yang berhak mengatakan dan menjadi sumber
kebenaran.
2.2.3.
Periode Ketiga, Periode kejayaan Islam (Abad 6-12 M)
Masa keemasan atau kebangkitan Islam ditandai
dengan banyaknya ilmuan-ilmuan Islam yang ahli dibidang masing-masing, berbagai
buku inilah diterbitkan dan ditulis. Di antara tokoh-tokoh tersebut adalah
Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hanbali yang ahli dalam hokum Islam, Al-farabi ahli
astronomi dan matematika, Ibnu Sina ahli kedokteran dengan buku terkenalnya
yaitu The Canon of Medicine. Al-kindi ahli filsafat, Al-ghazali intelek yang
meramu berbagai ilmu sehingga menjadi kesatuan dan kesinambungan dan
mensintesis antara agama, filsafat, mistik dan sufisme . Ibnu Khaldun ahali
sosiologi, filsafat sejarah, politik, ekonomi, social dan kenegaraan. Anzahel
ahli dan penemu teori peredaran planet. Tetapi setelah perang salib terjadi
umat Islam mengalami kemundurran, umat Islam dalam keadaan porak-poranda oleh
berbagai peperangan.
Terdapat 2 pendapat mengenai
sumbangan peradaban Islam terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan, yang terus
berkembang hingga saat ini. Pendapat pertama mengatakan bahwa orang Eropa
belajar filsafat dari filosof Yunani seperti Aristoteles, melalui kitab-kitab
yang disalin oleh St. Agustine (354 – 430 M), yang kemudian diteruskan oleh
Anicius Manlius Boethius (480 – 524 M) dan John Scotus. Pendapat kedua
menyatakan bahwa orang Eropah belajar filsafat orang-orang Yunani dari
buku-buku filasafat Yunani yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh
filosof Islam seperti Al-Kindi dan Al-Farabi. Terhadap pendapat pertama Hoesin
(1961) dengan tegas menolaknya, karena menurutnya salinan buku filsafat
Aristoteles seperti Isagoge, Categories dan Porphyry telah dimusnahkan oleh
pemerintah Romawi bersamaan dengan eksekusi mati terhadap Boethius, yang
dianggap telah menyebarkan ajaran yang dilarang oleh negara. Selanjutnya
dikatakan bahwa seandainya kitab-kitab terjemahan Boethius menjadi sumber
perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan di Eropa, maka John Salisbury,
seorang guru besar filsafat di Universitas Paris, tidak akan menyalin kembali
buku Organon karangan Aristoteles dari terjemahan-terjemahan berbahasa Arab,
yang telah dikerjakan oleh filosof Islam.
Sebagaimana telah diketahui, orang
yang pertama kali belajar dan mengajarkan filsafat dari orang-orang sophia atau
sophists (500 – 400 SM) adalah Socrates (469 – 399 SM), kemudian diteruskan
oleh Plato (427 – 457 SM). Setelah itu diteruskan oleh muridnya yang bernama
Aristoteles (384 – 322 SM). Setelah zaman Aristoteles, sejarah tidak mencatat
lagi generasi penerus hingga munculnya Al-Kindi pada tahun 801 M. Al-Kindi
banyak belajar dari kitab-kitab filsafat karangan Plato dan Aristoteles. Oleh
Raja Al-Makmun dan Raja Harun Al-Rasyid pada Zaman Abbasiyah, Al-Kindi
diperintahkan untuk menyalin karya Plato dan Aristoteles tersebut ke dalam
Bahasa Arab.
Sepeninggal Al-Kindi, muncul
filosof-filosof Islam kenamaan yang terus mengembangkan filsafat.
Filosof-filosof itu diantaranya adalah : Al-Farabi, Ibnu Sina, Jamaluddin
Al-Afghani, Muhammad Abduh, Muhamad Iqbal.
Pandangan Ibnu Rushd yang menyatakan
bahwa jalan filsafat merupakan jalan terbaik untuk mencapai kebenaran sejati
dibanding jalan yang ditempuh oleh ahli agama, telah memancing kemarahan
pemuka-pemuka agama, sehingga mereka meminta kepada khalifah yang memerintah di
Spanyol untuk menyatakan Ibnu Rushd sebagai atheis. Sebenarnya apa yang
dikemukakan oleh Ibnu Rushd sudah dikemukakan pula oleh Al-Kindi dalam bukunya
Falsafah El-Ula (First Philosophy). Al-Kindi menyatakan bahwa kaum fakih tidak
dapat menjelaskan kebenaran dengan sempurna, oleh karena pengetahuan mereka
yang tipis dan kurang bernilai.
Pertentangan antara filosof yang
diwakili oleh Ibnu Rushd dan kaum ulama yang diwakili oleh Al-Ghazali semakin
memanas dengan terbitnya karangan Al-Ghazali yang berjudul Tahafut-El-Falasifah,
yang kemudian digunakan pula oleh pihak gereja untuk menghambat berkembangnya
pikiran bebas di Eropah pada Zaman Renaisance. Al-Ghazali berpendapat bahwa
mempelajari filsafat dapat menyebabkan seseorang menjadi atheis. Untuk mencapai
kebenaran sejati menurut Al-Ghazali hanya ada satu cara yaitu melalui tasawuf
(mistisisme). Buku karangan Al-Ghazali ini kemudian ditanggapi oleh Ibnu Rushd
dalam karyanya Tahafut-et-Tahafut (The
Incohenrence of the Incoherence).
Kemenangan pandangan Al-Ghazali atas
pandangan Ibnu Rushd telah menyebabkan dilarangnya pengajaran ilmu filsafat di
berbagai perguruan-perguruan Islam. Hoesin (1961) menyatakan bahwa pelarangan
penyebaran filsafat Ibnu Rushd merupakan titik awal keruntuhan peradaban Islam
yang didukung oleh maraknya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pada pertengahan abad 12 kalangan
gereja melakukan sensor terhadap karangan Ibnu Rushd, sehingga saat itu
berkembang 2 paham yaitu paham pembela Ibnu Rushd (Averroisme) dan paham yang
menentangnya. Kalangan yang menentang ajaran filsafat Ibnu Rushd ini antara
lain pendeta Thomas Aquinas, Ernest Renan dan Roger Bacon. Mereka yang
menentang Averroisme umumnya banyak menggunakan argumentasi yang dikemukakan
oleh Al-Ghazali dalam kitabnya Tahafut-el-Falasifah.
2.2.4.
Periode Keempat, Periode kebangkitan Eropa (Abad 12-17)
Seperti halnya yang dilakukan oleh
pemuka agama Islam, berkembangnya filsafat ajaran Ibnu Rushd dianggap dapat
membahayakan iman kristiani oleh para pemuka agama Kristen, sehingga sinode
gereja mengeluarkan dekrit pada Tahun 1209, lalu disusul dengan putusan Papal
Legate pada tahun 1215 yang melarang pengajaran dan penyebaran filsafat
ajaran Ibnu Rushd.
Pada Tahun 1215 saat Frederick II
menjadi Kaisar Sicilia, ajaran filsafat Islam mulai berkembang lagi. Pada Tahun
1214, Frederick mendirikan Universitas Naples, yang kemudian memiliki akademi
yang bertugas menterjemahkan kitab-kitab berbahasa Arab ke dalam Bahasa latin.
Pada tahun 1217 Frederick II mengutus Michael Scot ke Toledo untuk mengumpulkan
terjemahan-terjemahan filsafat berbahasa latin karangan kaum muslimin.
Berkembangnya ajaran filsafat Ibnu Rushd di Eropah Barat tidak lepas dari hasil
terjemahan Michael Scot. Banyak orientalis menyatakan bahwa Michael Scot telah
berhasil menterjemahkan Komentar Ibnu Rushd dengan judul de coelo et de mundo
dan bagian pertama dari Kitab Anima.
Pekerjaan yang dilakukan oleh Kaisar
Frederick II untuk menterje-mahkan karya-karya filsafat Islam ke dalam Bahasa
Latin, guna mendorong pengembangan ilmu pengetahuan di Eropah Barat, serupa
dengan pekerjaan yang pernah dilakukan oleh Raja Al-Makmun dan Harun Al-Rashid
dari Dinasti Abbasiyah, untuk mendorong pengembangan ilmu pengetahuan di
Jazirah Arab.
Setelah Kaisar Frederick II wafat,
usahanya untuk mengembangkan pengetahuan diteruskan oleh putranya. Untuk tujuan
ini putranya mengutus orang Jerman bernama Hermann untuk kembali ke Toledo pada
tahun 1256. Hermann kemudian menterjemahkan Ichtisar Manthiq karangan Al-Farabi
dan Ichtisar Syair karangan Ibnu Rushd. Pada pertengahan abad 13 hampir seluruh
karya Ibnu Rushd telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin, termasuk kitab
tahafut-et-tahafut, yang diterjemahkan oleh Colonymus pada Tahun 1328.
2.2.5. Periode kelima, Filsafat Modern (Abad 17-20 M)
Dikenal Juga sebagai abad
Äufklarung. Pada masa ini Kristen yang berkuasa dan menjadi
sumber otoritas kebenaran mengalami kehancuran, dan juga awal abad kemunduran
bagi umat Islam. Berbagai pemikiran Yunani muncul, alur pemikiran
yang mereka anut adalah rasionalitas, empirisrme, dan Kritisme.
Peradaban Eropa bangkit melampaui dunia islam. Masa ini juga memunculkan
intelektual Gerard Van Cromona yang menyalin buku Ibnu Sina, ”The canon of medicine”, Fransiscan Roger
Bacon, yang menganut aliran pemikiran empirisme dan realisme berusaha menentang
berbagai kebijakan gereja dan penguasa pada waktu itu. Dalam hal ini Galileo
dan Copernicus juga mengalami penindasan dari penguasa. Masa ini juga
menyebabkan perpecahan dalam agama Kristen, yaitu Kristen Katolik dan
Protestan. Pada masa ini banyak muncul para ilmuwan seperti Newton dengan teori
gravitasinya, John Locke yang menghembuskan perlawanan kepada pihak gereja
dengan mengemukakan bahwa manusia bebas untuk berbicara, bebas mengeluarkan
pendapat, hak untuk hidup, hak untuk merdeka, serta hak berfikir. Hal serupa
juga dilakuklan ole J.J .Rousseau mengecam penguasa dalam bukunya yang berjudul
Social Contak.
Hal berbeda terjadi didunai Islam,
pada masa ini umat Islam tertatih untuk bangkit dari keterpurukan spiritual.
Intelektual Islam yang gigih menyeru umat Islam untuk kembali pada ajaran
al-Quran dan Hadis. Pada masa krisis moral dan peradaban muncul ilmuwan lainnya
yaitu Muhammad Abduh. Muhammad Abduh berusaha membangkitkan umat Islam untuk
menggunakan akalnya. Ia berusaha mengikis habis taklid. Hal tersebut dilakukan
oleh Muhammad Abduh agara umat Islam menemukan ilmu yang berasal dari al-Quran
dan hadis.
Para filsuf zaman modern menegaskan
bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga
dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana
yang berperan ada beda pendapat. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber
pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran
empirisme, sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang
batin, maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran kritisisme, yang mencoba
memadukan kedua pendapat berbeda itu.
Aliran rasionalisme dipelopori oleh
Rene Descartes (1596-1650 M). Dalam buku Discourse de la Methode tahun 1637 ia
menegaskan perlunya ada metode yang jitu sebagai dasar kokoh bagi semua
pengetahuan, yaitu dengan menyangsikan segalanya, secara metodis. Kalau suatu
kebenaran tahan terhadap ujian kesangsian yang radikal ini, maka kebenaran itu
100% pasti dan menjadi landasan bagi seluruh pengetahuan.
Tetapi dalam rangka kesangsian yang
metodis ini ternyata hanya ada satu hal yang tidak dapat diragukan, yaitu “saya
ragu-ragu”. Ini bukan khayalan, tetapi kenyataan, bahwa “aku ragu-ragu”. Jika
aku menyangsikan sesuatu, aku menyadari bahwa aku menyangsikan adanya. Dengan
lain kata kesangsian itu langsung menyatakan adanya aku. Itulah “cogito ergo
sum”, aku berpikir ( menyadari) maka aku ada. Itulah kebenaran yang tidak dapat
disangkal lagi. Mengapa kebenaran itu pasti? Sebab aku mengerti itu dengan
“jelas, dan terpilah-pilah”, “clearly and distinctly”, “clara et distincta”.
Artinya, yang jelas dan terpilah-pilah itulah yang harus diterima sebagai
benar. Dan itu menjadi norma Descartes dalam menentukan kebenaran.
Descartes adalah pelopor kaum
rasionalis, yaitu mereka yang percaya bahwa dasar semua pengetahuan ada dalam
pikiran.
Aliran empririsme nyata dalam
pemikiran David Hume (1711-1776), yang memilih pengalaman sebagai sumber utama
pengetahuan. Pengalaman itu dapat yang bersifat lahirilah (yang menyangkut
dunia), maupun yang batiniah (yang menyangkut pribadi manusia). Oleh karena itu
pengenalan inderawi merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna.
Adapun Kritisisme oleh
Imanuel Kant (1724-1804) mencoba mengembangkan suatu sintesis atas dua
pendekatan yang bertentangan ini. Kant berpendapat bahwa masing-masing
pendekatan benar separuh, dan salah separuh. Benarlah bahwa pengetahuan kita
tentang dunia berasal dari indera kita, namun dalam akal kita ada faktor-faktor
yang menentukan bagaimana kita memandang dunia sekitar kita. Ada
kondisi-kondisi tertentu dalam manusia yang ikut menentukan konsepsi manusia
tentang dunia. Kant setuju dengan Hume bahwa kita tidak mengetahui secara pasti
seperti apa dunia “itu sendiri” (”das
Ding an sich”), namun hanya dunia itu seperti tampak “bagiku”, atau “bagi
semua orang”. Namun, menurut Kant, ada dua unsur yang memberi sumbangan kepada
pengetahuan manusia tentang dunia. Yang pertama adalah kondisi-kondisi
lahirilah ruang dan waktu yang tidak dapat kita ketahui sebelum kita
menangkapnya dengan indera kita. Ruang dan waktu adalah cara pandang dan bukan
atribut dari dunia fisik. Itu materi pengetahuan. Yang kedua adalah
kondisi-kondisi batiniah dalam manusia mengenai proses-proses yang tunduk
kepada hukum kausalitas yang tak terpatahkan. Ini bentuk pengetahuan. Demikian
Kant membuat kritik atas seluruh pemikiran filsafat, membuat suatu sintesis,
dan meletakkan dasar bagi aneka aliran filsafat masa kini.
2.3. Sejarah Perkembangan Sains
2.3.1.
Zaman Pra-Yunani Kuno
Pada zaman ini, secara umum terbagi
menjadi tiga fase.
1.
Zaman batu tua yang berlangsung 4 juta tahun SM sampai 20.000/10.000 tahun SM.
Pada zaman ini telah mempunyai beberapa ciri khas, di antaranya adalah
menggunakan alat-alat sederhana yang dibuat dari batu dan tulang, mengenal
bercocock tanam dan berternak, dan dalam kehidupan sehari-hari didasari dengan
pengamatan primitif.
2.
Zaman Batu Muda yang berlangsung tahun 10.000 SM sampai 2000 SM atau abad 100
sampai 20 SM. Di zaman ini telah berkembang kemampuan–kemampuan yang sangat
signifikan. Kemampuan itu berupa tulisan (dengan gambar dan symbol),
kemampuan membaca (bermula dari bunyi atau suku kata tertentu), dan kemampuan
menghitung. Dalam zaman ini juga berkembang masalah perbintangan, matematika,
dan hukum.
3.
Zaman Logam. Zaman ini berlangsung dari abad 20 SM sampai abad 6 SM. Pada
zaman ini pemakaian logam sebagai peralatan sehari-hari, bahkan sebagai
perhiasan, peralatan masak, atau bahkan peralatan perang.
2.3.2.
Zaman Yunani Kuno
Zaman ini berlangsung dari abad 6 M
sampai dengan sekitar abad 6 M. Zaman ini menggunakan sikap ‘’aninquiring
attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis)’’, dan
tidak menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap ‘’receptve
attitude mind (sikap menerima segitu saja)’’. Sehingga pada zaman ini
filsafat tumbuh dengan subur. Yunani mencapai puncak kejayaannya atau zaman
keemasannya (zaman Hellenisme) di bawah pimpinan Iskandar Agung(356-323 SM)
dari Macedonia, yang merupakan salah seorang murid Aristoteles.
Pada abad ke- 0 M, perkembangan ilmu
mulai mendapat hambatan. Hal ini disebabkan oleh lahirnya Kristen. Pada abad
pertama sampai abad ke- 2 M mulai ada pembagian wilayah perkembangan ilmu.
Wilayah pertama berpusat di Athena, yang difokuskan dibidang kemampuan
intelektual. Sedangkan wilayah kedua berpusat di Alexandria, yang fukos pada
bidang empiris.
Setelah Alexandria di kuasai oleh
Roma yang tertarik dengan hal-hal abstrak, pada abad ke- 4dan ke- 5 M ilmu
pengetahuan pegetahuan benar-benar beku. Hal ini di sebabkan oleh tiga pokok
penting :
1). Penguasa Roma yang menekan
kebebasan berfikir.
2). Ajaran Kristen tidak disangkal.
3). Kerjasama gereja dan penguasa
sebagai otoritas kebenaran.
Walaupun begitu, pada abad ke-2 M
sempat ada Galen (bidang kedokteran) dan tokoh aljabar, Poppus dan Diopanthus
yang berperan dalam perkembangan pengetahuan. Pada zaman ini banyak bermunculan
ilmuwan terkemuka.
2.3.3.
Zaman Pertengahan
Zaman ini masih berhubungan dengan
zaman sebelumnya. Karena awal mula zaman ini pada abad 6 M sampai sekitar abad
14 M, maka tampillah para theology di lapangan ilmu pengetahuan. Segala
aktifitas keilmuan harus berdasarkan atau mendukung agama. Dengan kata lain
aktifitas ilmiah terkait erat dengan aktifitas keagamaan.
Ketika bangsa eropa mengalami
kegelapan, kebangkitan justru milik islam. Hal ini dimulai dari lahirnya nabi
Muhammad SAW pada abad ke 6M. Perluasan wilayah, pembinaan hukum serta
penerjemahan filsafat Yunani, dan kemajuan ilmu pengetahuan pada abad ke – 7 M
sampai abad ke-12 M. Pada masa ini islam mendapat masa keemasannya (golden
age).Selain itu, pada abad ini terjadi abad perkembangan kebudayaan di Asia
Selatan dan timur, seperti, ajaran Lao Tse (menjaga keharmonisan dengan alam)
dan Confucius (konsep kode etik luhur mengatur akal sehat).
Sepanjang Eropa mengalami masa
kegelapan, di sebelah selatan Laut Tengah berkembang kerajaan bangsa Arab yang
di pengaruhi oleh budaya islam. Dengan berkembanganya pengaruh islam,
maka semakin banyak pula tokoh-tokoh ilmuwan yang berperan dalam perkembangan
ilmu. Mereka adalah sebagai berikut:
1. Al Farabi (870 M -950 M). Adalah seorang komentator
filsafat Yunani yang sangat ulung di dunia islam. Kontribusinya terletak
di berbagai bidang matematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al- farabi
telah membuat berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam
bidang musik, kitab Al-musiqa. Selain itu, karyanya yang paling terkenal
adalah Al-Madinah Al- fadhilah (kota atau Negara utama) yang membahas
tentang pencapaian kebahagian melalui kehidupan politik dan hubungan antara
razim yang paling baik menurut pemahaman dengan hukum ilahian Islam.
2. Al-Khawarizmi (780 M – 850 M), hasil pemikiran berdampak
besar pada matematika, yang terangkum dalam buku pertamanyanya, Al-jabar,
selain itu karyanya adalah Al-kitab Al- mukhtasar fi hisab Al-jabr
wa’al – muqalaba (buku rangkuman untuk kulturasi dengan melengkapkan dan
menyeimbangkan), kitab surat Al-ard (Pemandanganan Bumi). Karyanya tersebut
sampai sekarang masih tersimpan di Strassberg, Jerman.
3. Al – Kindi (801 M – 873 M), bisa dikatakan merupakan filsuf
pertama yang lahir dari kalangan islam. Al-kindi menuliskan banyak karya dalam
bidabg goemetri , astronomi, aritmatika, musik (yang dibangunya dari berbagai
prinsip aritmatis), fisika, medis, psikologi, meteorology, dan politik.
4. Al-Ghazali (1058 M – 111 M) adalah seorang filsuf dan
theolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat. Karya
beliau berupa kitab-kitab, antara lain kitab Al – munqidih min adh – dalal, Al
– risalah al – quadsiyyah, dan mizan al – Amal.
5. Ibnu sina ( 980 M – 1037 M ). Ia di
kenal sebagai A Vicenna di dunia barat. Ia adalah seorang filsuf,
ilmuwan, dan juga dokter. Bagi banyak orang beliau adalah bapak pengobatan
modern dan masih banyak lagi sebutan baginya yang berkaitan dengan karya –
karyanya di bidang kedokteran. Karyanya merupakan rujukan di bidang kedokteran
selama berabad – abad.
6. Ibnu Rusyd (1226 M – 1198 M), yang bahasa latin di sebut
dengan Averroes, dan dia adalah filsuf dari spanyol (Andalusia). Karya-karya
Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fiqih dalam bentuk
karangan, ulasan, essai, dan resume.
7. Ibnu Khaldun (1332 M – 1406 M), adalah seorang sejarawan muslim
dari Tunisia dan sering disebut sebagai bapak pendiri ilmu historiografi,
sosiologi dan ekonomi. Karyanya yang terkenal adalah Muqaddimah ( pendahuluan
).
8. Jabir Ibnu Hayyan atau Gebert ( 721 M – 815 M ), dia adalah
seorang tokoh islam yang mempelajari dan mengembangkan ilmu kimia.
9. Al – razi ( 856 M – 925 M ), yang dikenal dengan nama Razes.
Seorang dokter klinis ynag terbesar pada masa itu dan pernah mengadakan
suatu penelitian Al-kimi atau lebih dikenal dengan sebutan ilmu kimia.
Beliau mengarang Ensiklopedia ilmu kedokteran yang berjudul Contenens.
10. Al–Battani (850 M – 929 M), memberikan kontribusi untuk
astronomi dan matematika. Dalam astronomi, al–Battani juga meningkatkan
ketepatan pengukuran presesi sumbu bumi.
11. Dalam bidang sosial, terdapat nama
Yaqut bin Abdullah al Hamawi ( 1179 M – 1229 ), yang mengarang kitab Mu’jam al
– buldan (kamus Negara). Ibnu Yunis, Umar Al- Khayyam, Will Durant, Feilding H. Gorrison, dan Abu
Rayhan al – Biruni, di bidang sains dan antropologi.
2.3.4. Zaman Renaissance
Zaman ini berlangsung pada awal abad
14 M sampai dengan abad 17 M. Renaissance sering diartikan denagn
kebangkitan, peralihan, atau lahir kembali (rebirth), yaitu di lahirkan kembali
sebagai manusia yang bebas untuk berpikir , dan jauh dari ajaran – ajaran
agama.
Tokoh – tokoh ilmuwan yang
berpengaruh di masa ini ialah sebagai berikut:
1. Nicolaus Capernicus ( 1473 M – 1543 M ), adalah seorang
astronom, matematikawan, dan ekonom yang berkembangsaan Polandia. Ia
mengembangkan Teori Heliosentris (Tata Surya berpusat di
matahari).
2. Galileo Galilei ( 1564 M – 1642 M ), adalah seorang
astronom, filsuf, dan fisikawan Italia yang memiliki peran besar dalam
revolusi ilmiah. Sumbangannya dalam keilmuan antara lain adalah penyempurnaan
teleskop ( dengan 32 x pembesaran ) dan berbagai observasi astronomi. Dia
adalah orang pertama yang melukiskan tata surya seperti yang kita kenal
sekarang.
3. Tycho Brahe ( 1546 M – 1601 M ), adalah seorang bangsawan
Denmark yang terkenal sebagai astronom/astrolog dan alkimiawan. Tycho
adalh astronom pengamat paling menonjol di zaman pra –teleskop. Akurasi
pengamatannya pada posisi bintang dan planet tak tertandingi pada masa
itu.
4. Johannes Kepler (1571 M – 1630 M), adalah astronom
jerman, Matematikawan dan astrolog. Ia paling di kenal melalui hukum
gerakan planetnya. Kepler juga ahli optic dan astronomi. Penjelasannya
tentang pembiasan cahaya tertuang dalam buku ‘’supplement to
witelo , expounding the optical part of astronomy’’. Ia orang pertama yang
menjelaskan cara kerja mata.
5. Fancies Bacon ( 1561 M – 1626 M ), adalah seorang
filsuf, negarawan dan penulis Inggris. Karya – karyanya antar lain
membangun dan mempopulerkan motodologi induksi untuk penelitian ilmiah, sering
kali disebut metode Baconian.
6. Andreas Vesalius ( 114b M – 1564 M ), adalah ahli anatomi.
Ia memperkenalkan tentang anatomi tubuh manusia. Ia juga menulis sebuak teks
mengenai tumbuhan obat.
2.3.5.
Zaman Modern
Zaman ini sudah dimulai sejak abad
14 M. zaman ini juga dikenal sebagai masa rasionalisme yang tumbuh di zaman
modern karena munculnya berbagai penemuan ilmu pengetahuan.
Tokoh yang menjadi pioner pada masa
ini adalah Rene Decrates, Isaac Newton, Charles Darwin, dan JJ. Thompson.
Keterangan lebih lengkap sebagai berikut :
1.
Isaac Newton (1643 M – 1727), adalah seorang fisikawan, matematikawan,
ahli astronomi, filsuf alam, alkimiawan, dan theolog. Dia di katakana sebagai
‘’Bapak ilmu fisika klasik’’. Karyanya yang berjudul Philosophiae Naturalis
Principia Mathematica menjabarkan tentang hukum gravitasi dan tiga hukum
gerak yang mendominasi pandangan sains mengenai alam semesta selama tiga abad
ini.
2. Rene
Descartes ( 1596 M – 1650 M ), ia di kenal sebagai Renatus Cartesius,
adalah seorang filsuf dan matematikawan Perancis. Descartes kadang di
panggil ‘’Penemu filsafat Modern’’ dan ‘’Bapak matematika modern’’.
Pemikirannya yang menggunakan revolusi adalah ‘’semuanya tida ada yang pasti ,
kecuali kenyataan bahwa seseorang berfikir’’.
3. Charles
Robert Darwin ( 1809 M – 1882 M ) adalah seorang naturalis yang teori
revolusionernya meletakkan landasan bagi teori evolusi modern dan prinsip garis
keturunan yang sama (common Descent) dengan mengajukan seleksi
alam sebagai mekanismenya. Teorinya yang paling menggemparkan adalah ‘’Nenenk
Moyang Manusia Adalah Kera‘’.
4.
Joseph John Thompson ( 1856 M – 1940 M ) adalah seorang ilmuan dengan
penelitiannya yang membuahkan penemuan Elektron. Thompson mengungkapkan bahwa
gas mampu mengantarkan listrik. Ia menjadi seorang perintis ilmu fisika nuklir.
Dia juga menemukan sebuah metode untuk memisahkan jenis atom dan sinar
molekul yang berbeda dengan menggunakan sinar positif.
2.3.6.
Zaman Kontemporer
Zaman ini bermula dari abad 20 M dan
sebagian besar aplikasi ilmu dan teknologi di abad 21 merupakan hasil penemuan
mutakhir di zaman ini. Bidang fisika menjadi tiitk perkembangan ilmu pada masa
ini. Hal ini di sebabakan karena fisika di pandang sebagai dasar ilmu
pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur–unsur fundamental yang
membentuk alam semesta.
Tokoh yang terkenal pada masa ini
adalah Albert Enstein (1879 M – 1955 M), dia adalah ilmuan Fisika. Dia
mengemukakan teori relativitas. Semenjak tahun 1905 M sampai 1917 M, saat ia
menerbitkan tulisan revolusionernya tentang teori Relativitas, pandangan umat
manusia tentang dunia dan alam semesta pun berubah selamanya, tahap terakhir
dari zaman modern telah lahir, dan cakrawala pun bergeser. Masih ada lagi
ilmuwan yang mempunyai ide besar lainnya, antara lain seperti Linus Pauling,
James D. Watson, Miller Urey, Werner Heinsenberg dan Erwin Schrodinger, Edwin
Hubble, Alfred Wegener.
2.4.
Hubungan Sekaligus Perbedaan filsafat dan Sains
2.4.1. Secara Histori
Pada awalnya filsafat sains lebih
berupa metodologi atau telaah tentang tata kerja atau metode dalam berbagai
sains serta pertanggungjawabanya secara rasional. Dalam logika sains biasa
dibedakan ada yang disebut dengan konteks penemuan sains(context of scientific
justification).
Tradisi sains, sebenarnya telah
dimulai sejak filsafat itu lahir, yaitu sejak atau sekitar abad ke 6 SM.
Thales, yang disebut-sebut sebagai bapak filsafat telah memutarkan dengan
mencari tahu tentang bahan dasar alam semesta ia menyimpulkan bahwa bahan dasar
alam semesta itu adalah air. Jawaban ini tidak memuaskan murid dan pemikir
setelahnya. Anaximenes misalnya mengatakan bahwa bahan dasar yang membangun
alam semesta itu adalah udara. Anaximandros mengatakan suatu prinsip yang tidak
terbatas(to Apeiron). Penyelidikan para pendahulu filsafat ini lebih bersifat
kosmologi-ontologis, belum epistemologis, artinya belum begitu serius. Baru
setelah Aristoteles (1384-322 SM) membahas epistemologis mulai
dipertanyakan.Arisoteles mengemukakan acuan untuk mendapatkan pengetahuan yang
benar, yaitu dengan menggunakan pengamat induktif dan metode deduktif.
Dari kedua metode yang nampak
bertolak belakang itu, Aristoteles mengusulkan bahwa untuk mencapai pengetahuan
yang solid, kedua metode tersebut mesti sama-sama digunakan, artinya apa yang
kita pikirkan itu harus bias dibuktikan atau berhubungan dengan realitas dan
kenyataan konkret.
Zaman semakin maju, revolusi terjadi
dalam berbagai bidang, maka arah kajian filsafat sains berkembang ke zaman yang
lebih baru dan lebih positive. Agar nampak tidak terlalu naïf, tampilah para
tokoh filsafat sains yang menberikan landasan filsafat bahasa pada positivme
hingga tampil menjadi logis gerakan ini muncul setelah didirikan kelompok
kajian filsafat sains yang disebut dengan, lingkaran wina.aliranya disebut
positivisme logis. Pada awal abad ke 20 inilah filsafat sains mencapai
puncaknya.
2.4. 2. Hubungan Filsafat dan Sains
Pada akhirnya kita memang melihat
adanya sebuah hubungan antara filsafat dengan sains. Mereka memiliki spirit dan
tujuan yang sama yaitu jujur dan mencari kebenaran. Dalam pencarian kebenaran
ini sais menentuka dalam dirinya sendiri tugas khas tertentu dan tugas ini
memerlukan batas-batas tertentu. Tetapi penyelidikan ean pikiran manusia yang
selalu inig tahu, melukai batas-batas ini dan menuntut perembesan terhedap
wilayah yang berada di balik bidang sains, dengan demikian lalu filsafat
muncul.
Henderso berpendapat tentang hubungan antara filsafat dan
ilmu pengetahuan atau sains, seprti di bawah ini:
A. Science
1.
Originally, the child of philosophy
2.
Analitic, examines all phenomena minutely
3.
Concerned with facts, with describing thing as they are
4. Begins
with assumptions
B.
Philosophy
1. Mother
of knowledge
2.
Synoptic, views the world and even the universe
3. Concerned not only with things as they are but also with
the way they ought to be human desires and human values
4.
Examines and questions all assumptions
5. Uses
all pertinent findings sciences
Apabila permasalahan diatas
merupakan perumusan permasalahan yang tepat dan benar dan baik, maka mana yang
lebih penting, induknya atau kan anaknya, yang dulu lebih penting dari yang
kemudian, sebab lebih penting dari akibatnya, beberapa pertanyaan permasalahan
yang tidak mudah di jawab, atau pertayaan yang dijawabnya masih sangat terbuka
sekali, maka kita menjelaskan bahwa sesungguhnya kedudukan filsafat sains dalam
sistematika filsafat lebih dekat kepada tema besar filsafat yang kedua yaitu
epistemology. Bahka keduanya saling terkait dan tidak dapat dipisahkan begitu
saja. Hanyan saja untuk memudahkan pengindetifiksian, kajian epistemologi lebih
dimaknai dan ditujukan sebagai pengkajian teoritis tentang pengetahuan sebelum
pengetahuan itu sendiri berkembang sebagai sains pada abad ke-17 atau
setidaknya kajian tersebut barada diluar sains, berdasarkan peredaan metode
objek yang dikaji tentunya.
2.5.
Penayangan Film Sains
Penayangan
film sains akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang begitu signifikan. Hal
ini dipengaruhi oleh pola pikir manusia yang semakin kompleks seiring dengan
semakin tingginya kompetisi yang begitu ketat di setiap bidang kehidupan
manusia, termasuk juga sains. Penayangan film sains sebagai bentuk representasi
dari rasa kepuasan manusia akan keberhasilannya dibidang sains. Lebih dari itu,
penayangan film sains merupakan suatu bentuk kecintaan manusia akan sains yang
menjadi bagian dari kehidupan manusia itu sendiri.
Adapun
beberapa nilai positif dari penayangan film sains bagi masyarakat, antara lain:
pertama, nilai informative.
Penayangan film sains sebagai bentuk untuk memberikan informasi kepada
masyarakat, baik itu pesan atau solusi dalam film maupun hal-hal yang berkaitan dengan sains. Kedua, nilai education. Penayangan film
sains sebagai bentuk pendidikan terhadap masyarakat agar selalu berusaha untuk
menikatkan kualitas sains yang masih
mengalami kekurangan. Memberikan nilai pendidikan terhadap generasi penerus
bangsa terhadap apa yang harus dilakukan dalam kaitanya dengan sains. Ketiga, nilai estetika. Nilai seni yang
ada dalam film sains merupakan suatu hal yang menjadi impian masyarakat. Hal
ini karena manusia merukan satu-satunya insane pencinta kesenian. Sehingga
nilai kesenian yang ada dalam film sains juga menjadi hiburan bagi masyrakat.
Penayangan
film sain yang begitu pesat disambut
baik oleh masyarakat Indonesia. Hal ini dipengaruhi oleh urgenitas dari film
sain yang sudah tidak diragukan lagi. Karena itu pada tanggal 16-30 November
2011, di Indonesia mengadakan festival film sains untuk yang pertama kalinya.
Dengan tema “hutan”, vestival film sain tersebut bertujuan untuk meningkatkan kepekan kaum muda sebagai motor
untuk melestarikan hutan.
BAB
III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Filsafat
adalah ibu dari segalah ilmu. Hal ini berarti filsafat merupakan subyek
ilmu yang terdiri dari berbagai cabang ilmu. Sedangkan sains adalah
pengetahuan yang memandang dan mengamati keberadaan alam ini sebagi suatu
obyek. Hal itulah yang membedakan antara sains dan filsafat. Adapun sejarah
perkembangan filsafat yang begitu kompleks dan memiliki nilai infomasi yang
cukup penting untuk kita pahami bersama.
Untuk memudahkan kita, penulis membagi sejarah perkembangan fisika
secara periode yaitu: periode pertama ( filsafat yunani abad ke 6 SM), periode
kedua ( zaman setelah kelahiran Al Masih
abad ke 0-6 M), periode ketiga ( periode kejayan Islam abad ke 6-13 M), peride
ke empat ( peride kabangkitan Eropa abad ke 12-17), periode kelima (filsafat
modern abad 17-20).
Sedangkan
sejarah perkembangan sains adalah: zaman pra Yunani kuno, zaman Yunani kuno, zaman pertengahan, zaman
reinaissance, zaman modern, dan zaman
kontemporer. Seiring denagn perkembangan sain yang begitu pesat, maka dunia
perfilman mencoba mengangkat film-film yang berkaitan dengan perkembangan sain
tersebut. Hal ini bertujuan sebagi motifasi generasi penerus untuk selalu
memperbaiki berbagai kelemahan atau kekurungan di bidang sains sekarang.
2.1.
Saran
Sebagai
generasi yang berintelek, sudah seharusnya kita memahami betapa pentingnya
perkembangan filsafat dan sains sekarang ini. Sejarah perkembangan filsafat dan
sains, kita jadikan sebagai pedoman untuk meningkatkan kualitas berpikir kita
dalam menanggapi berbagai isu dalam kaitannya dengan sains. Kita mestinya sadar
akan eksistensi kita sebagai generasi penerus bangsa, yang mutlak menjadi
tanggung jawab kita dalam mengatasi
masalah sains di negri ini. Pikiran kritis dan rasional sangat dibutuhkan dalam
mencari sebuah kebenaran yang mana kebenaran
menjadi orentasi kehidupan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi,
Asmoro, 2007, Filsafat Umum, Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Collis,
Andela Yabro, 1976, Cosmologi and
Eschatologi in Jewish and Cristian apocalypticisme, Brill, Leiden-Boston.
Herdano, Darmadjo, 1986, Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam, Karunika
Universitas Terbuka,
Jakarta.
Hikmah,
Nur, Dkk., 2010, “Sejarah
Perkembangan Ilmu”, STAI Rakha, Amunita.
Irawan, 2008,
Pengantar Singkat Ilmu Filsafat,
Intelekia Pratama, Bandung.
Lebe, Eduardus F.,2009, Filsfat
Untuk Pelajar: Perspektif Filsafat Dalam
Kajian Pengetahuan Modern Untuk di
Telaa Secara Pasti, Nusa Indah, Ende.
Poejawidjatna, 1998, Tahu
Dan Pengetahuan “Pengantar ke Ilmu dan Filsafat”, Rineka Cipta, Jakarta.
Poper,
karl R., 1963, conjectures and
refutations: The Griwth of Scientif
knowledge, Routledge and Kegan Paul
Press, London.
WEB:
http://
www.dedeyahya.com/2011/04/makalah-filsafat-dan-sains.html.
diakses pada tanggal 16 Maret 2012.
Dikutip
dari http://www.sciencemadesimple.com/science-definition.html. diakses pada tanggal 15 Maret
2012.
0 komentar:
Posting Komentar