Recent Reader

Kamis, 14 Februari 2013

tugas sejarah fisika



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berbicara mengenai filsafat dan sains merupakan hal yang paling urgen dalam kehidupan manusia sekarang ini. Seiring dengan perkembangan IPTEK yang begitu pesat tentu kita tidak begitu saja mengelakan hekekat IPTEK dalam kaitannya dengan dengan filsafat dan sains. Sebagai manusia yang terus berpikir dan tidak terlepas akan eksistensinya sebagai makluk berpikir tentu perkembangan filsafat dan sains merupakan suatu hal yang begitu esensi untuk di telaah secara pasti mengenai secara perkembangan filsafat dan sains. Histori perkembangan filsafat dan sain adalah salah satu bentuk realita yang harus diterima manusia sebagai bagian dari peristiwa histori manusia itu sendiri menuju kesempurnaan seperti sekarang ini.
Cogito ergo sum. Saya berpikir maka saya ada. Filsafat muncul sebagai representasi dari perkembangan pola berpikir manusia yang lebi rasional, realistis, dan ilmiah  sebagaimana seperti apa yang di lihat, apa yang dilakuan dan  apa yang dirasakan oleh manusia di kala itu. Untuk tidak meninggalkan eksistensi tersebut sebagai manusia kita   harus berusaha mengetahui sejarah perkembangan filsafat dan sains.
Mengingat perbedaan filsafat dan sains yang begitu kompleks, perlu dicermati secara kritis dan mendalam. Diiringi  perkembangan zaman yang begitu signifikan, dimana semua bidang kehidupan dibantu oleh computer sehingga perfilman sains mulai dipertontonkan dikalangan publik. Karna itu penulis mengangkat tulisan dengan judul: PERKEMBANGAN FILSAFAT DAN SAINS DAN PENAYANGAN FILM SAIN.

1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1.      Tujuan Umum
Ø  Agar pembaca mengetahui sejarah perkembangan filsafat dan sains di dunia.
Ø  Agar pembaca memahami dan mengetahui tokoh-tokoh dalam sejarah perkembangan filsafat dan sains.
Ø  Agar kita sebagai kaum berintelek dapat berpikir secara kritis dan ilmia dalam melihat fenomena kehidupan manusia sekaligus perkembangan film sains.
1.2.2.      Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari tulisan ini adalah untuk memenuhi tugas matakulia sejarah fisika sekaligus melatih tanggung jawab dari penulis dalam mengikuti proses perkuliahan di Universitas Kanjuruhan Malang.

1.3.   Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari tulisan ini, sebagai berikut:
ü  Apa yang dimaksudkan dengan filsafat?
ü  Apa yang dimaksudkan sains?
ü  Bagaimana sejarah perkembangan fisafat?
ü  Bagaimana sejarah perkembangan sains?
ü  Apa perbedaan dan hubungan dari filsafat dan sains?

1.4. Sistematika Penulisan
                  Sistematika penulisan terdiri tiga bagian, yaitu:
BAB I: PENDAHULUAN, yang terdiri dari beberapa sub pokok, yaitu: latar belakang penulisa, tujuan penulisan, rumusan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II: PEMBAHASAN, yang terdiri dari bebrapa sub pokok, yaitu: penegrtian filsafat, pengertian sain, sejarah perkembangan filsafat, sejarah perkembangan sains, hubungan sains dan filsafat  dan penayangan film sains.
BAB: III PENUTUP, yang berisikan kesimpulan dari tulisan ini dan saran dari penulis bagi segenap pembaca.






BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Filsafat dan Sains
2.1.1. Pengertian Filsafat
 Secara etimolgis Kata filsafat atau philosophy, berasal dari bahasa Yunani yaitu Sophia yang berarti kebijaksanaan dan Philein yang berarti mencintai. Jadi, filsafat adalah semata-mata mencintai kebijaksanaan. Namun cakupan pengertian Sophia yang semula itu ternyata luas sekali. Dahulu sphia bukan hanya berarti kearifan saja melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebijakan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikan dalam memutuskan soal-soal praktis.  Hal ini menujukan bahwa ruang lingkup kajian filsafat cukup luas yang mana tidak dibatasi oleh satu objek tertentu.
Menurut kamus besar bahhasa Indonesia, filsafat artinya adalah: 1). Pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakekat segalah yang ada, sebab, asal, dan hukumnya; 2). Teori yang mendasar alam pikiran atau suatu kegiatan; 3). Ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemology; 4) falsafah. Dari kedua pengertian diatas  penulis menarik kesimpulan bahwa filsafat adalah pengetehauan yang  menyelidiki secara akal budi segalah sesuatu yang ada ( benda fisik maupun non fisik)  sebab, asal dan hukumnya sehingga memperoleh suatu kebenaran yang nyata dan dapat diuji.
Adapun pengertian filsafat menurut parah ahli antara lain; pertama Mudhofir (1996:1), menjabarkan bahwa pengertian filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti dunia dalam hal makna dan nilai nilainya. Filsafat berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan  tentang sal mula dan sifat dasar alam semesta tempat manusia hidup serta apa yang menjadi tujuan hidupnya. Kedua,  Plato ( 427sm- 347sm) menjelaskan bahwa filsafat merupakan pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli). Ketiga, Aristoteles ( 384 sm- 322 sm) adalah ilmu penegtahuan yang meliputi kebenaran, yang didalamnya tekandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika ( filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).
Dari beberapa pengertian parah ahli diatas mengerah pada  hal yang paling urgens dari pengerian filsafat tersebut yaitu: pengetahuan dan kebenaran. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah pengetauan mencari kebenaran.

2.1.2.  Pengertian Sains
Kata sains berasal dari bahasa latin ”scientia” yang berarti pengetahuan yang memandang dan mengamati keberadaan (eksistensi) alam ini sebagai suatu objek. Berdasarkan Webster New Collegiate Dictionary definisi dari sains adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian atau pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum – hukum alam yang terjadi misalnya didapatkan dan dibuktikan melalui metode ilmiah.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sains berarti(1) ilmu teratur (sistematis) yang dapat diuji kebenarannya; (2) ilmu yang berdasarkan kebenaran atau kenyataan semata (fisika, kimia dan biologi).  Sain merupakan salah satu sarana untuk mensejajarkan harapan dan rasionalitas sebagai dua nama dari suatuu kemampuan manusia untuk bertumbuh dan berkembang.
2.2. Sejarah dan perkembangan filsafat
Meski istilah philosophia pertama kali dimunculkan oleh Pythagoras, namun orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales (640-546 S.M.) dari Mileta (sekarang di pesisir barat Turki). Ia merupakan seorang Filsuf yang mendirikan aliran filsafat alam semesta atau kosmos dalam perkataan Yunani. Menurut aliran filsafat kosmos, filsafat adalah suatu penelaahan terhadap alam semesta untuk mengetahui asal mulanya, unsur-unsurnya dan kaidah-kaidahnya (The Liang Gie, 1999).
Dalam buku History and Philosophy of Science karangan L.W.H. Hull (1950), menulis setidaknya sejarah filsafat dan ilmu dapat dibagi dalam beberapa periode, termasuk di dalamnya tokoh-tokoh yang terkenal pada periode itu.
2.2.1. Periode pertama, filsafat Yunani abad 6 SM
Pada masa ini ahli filsafatnya adalah Thales, Anaximandros, dan Anaximenes yang dianggap sebagai bapak-bapak fisafat dari Mileta. Thales berpendapat bahwa sumber kehidupan adalah air. Makhluk yang pertama kali hidup adalah ikan dan menusia yang pertama kali terlahir dari perut ikan. Thales juga berpendapat bahwa bumi terletak di atas air. Tentang bumi, Anaximandros mengatakan bahwa bumi persis berada di pusat jagat raya dengan jarak yang sama terhadap semua badan yang lain. Sementara Anaximenes dapat dikatakan sebagai pemikir pertama yang mengemukakan persamaan antara tubuh manusia dan jagat raya. Udara di alam semesta ibarat jiwa yang dipupuk dengan pernapasan di dalam tubuh manusia.
2.2.2. Periode Kedua, Periode setelah kelahiran Al Masih (Abad 0-6 M)
Pada masa ini pertentangan antara gereja yang diwakili oleh para pastur dan para raja yang pro kepada gereja, dengan para ulama filsafat. Sehingga pada masa ini filsafat mengalami kemunduran. Para raja membatasi kebebasan berfikir sehingga filsafat seolah-olah telah mati suri. Ilmu menjadi beku, kebenaran hanya menjadi otoritas gereja, gereja dan para raja yang berhak mengatakan dan menjadi sumber kebenaran.
2.2.3. Periode Ketiga, Periode kejayaan Islam (Abad 6-12 M)
 Masa keemasan atau kebangkitan Islam ditandai dengan banyaknya ilmuan-ilmuan Islam yang ahli dibidang masing-masing, berbagai buku inilah diterbitkan dan ditulis. Di antara tokoh-tokoh tersebut adalah Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hanbali yang ahli dalam hokum Islam, Al-farabi ahli astronomi dan matematika, Ibnu Sina ahli kedokteran dengan buku terkenalnya yaitu The Canon of Medicine. Al-kindi ahli filsafat, Al-ghazali intelek yang meramu berbagai ilmu sehingga menjadi kesatuan dan kesinambungan dan mensintesis antara agama, filsafat, mistik dan sufisme . Ibnu Khaldun ahali sosiologi, filsafat sejarah, politik, ekonomi, social dan kenegaraan. Anzahel ahli dan penemu teori peredaran planet. Tetapi setelah perang salib terjadi umat Islam mengalami kemundurran, umat Islam dalam keadaan porak-poranda oleh berbagai peperangan.
Terdapat 2 pendapat mengenai sumbangan peradaban Islam terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan, yang terus berkembang hingga saat ini. Pendapat pertama mengatakan bahwa orang Eropa belajar filsafat dari filosof Yunani seperti Aristoteles, melalui kitab-kitab yang disalin oleh St. Agustine (354 – 430 M), yang kemudian diteruskan oleh Anicius Manlius Boethius (480 – 524 M) dan John Scotus. Pendapat kedua menyatakan bahwa orang Eropah belajar filsafat orang-orang Yunani dari buku-buku filasafat Yunani yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh filosof Islam seperti Al-Kindi dan Al-Farabi. Terhadap pendapat pertama Hoesin (1961) dengan tegas menolaknya, karena menurutnya salinan buku filsafat Aristoteles seperti Isagoge, Categories dan Porphyry telah dimusnahkan oleh pemerintah Romawi bersamaan dengan eksekusi mati terhadap Boethius, yang dianggap telah menyebarkan ajaran yang dilarang oleh negara. Selanjutnya dikatakan bahwa seandainya kitab-kitab terjemahan Boethius menjadi sumber perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan di Eropa, maka John Salisbury, seorang guru besar filsafat di Universitas Paris, tidak akan menyalin kembali buku Organon karangan Aristoteles dari terjemahan-terjemahan berbahasa Arab, yang telah dikerjakan oleh filosof Islam.
Sebagaimana telah diketahui, orang yang pertama kali belajar dan mengajarkan filsafat dari orang-orang sophia atau sophists (500 – 400 SM) adalah Socrates (469 – 399 SM), kemudian diteruskan oleh Plato (427 – 457 SM). Setelah itu diteruskan oleh muridnya yang bernama Aristoteles (384 – 322 SM). Setelah zaman Aristoteles, sejarah tidak mencatat lagi generasi penerus hingga munculnya Al-Kindi pada tahun 801 M. Al-Kindi banyak belajar dari kitab-kitab filsafat karangan Plato dan Aristoteles. Oleh Raja Al-Makmun dan Raja Harun Al-Rasyid pada Zaman Abbasiyah, Al-Kindi diperintahkan untuk menyalin karya Plato dan Aristoteles tersebut ke dalam Bahasa Arab.
Sepeninggal Al-Kindi, muncul filosof-filosof Islam kenamaan yang terus mengembangkan filsafat. Filosof-filosof itu diantaranya adalah : Al-Farabi, Ibnu Sina, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Muhamad Iqbal.
Pandangan Ibnu Rushd yang menyatakan bahwa jalan filsafat merupakan jalan terbaik untuk mencapai kebenaran sejati dibanding jalan yang ditempuh oleh ahli agama, telah memancing kemarahan pemuka-pemuka agama, sehingga mereka meminta kepada khalifah yang memerintah di Spanyol untuk menyatakan Ibnu Rushd sebagai atheis. Sebenarnya apa yang dikemukakan oleh Ibnu Rushd sudah dikemukakan pula oleh Al-Kindi dalam bukunya Falsafah El-Ula (First Philosophy). Al-Kindi menyatakan bahwa kaum fakih tidak dapat menjelaskan kebenaran dengan sempurna, oleh karena pengetahuan mereka yang tipis dan kurang bernilai.
Pertentangan antara filosof yang diwakili oleh Ibnu Rushd dan kaum ulama yang diwakili oleh Al-Ghazali semakin memanas dengan terbitnya karangan Al-Ghazali yang berjudul Tahafut-El-Falasifah, yang kemudian digunakan pula oleh pihak gereja untuk menghambat berkembangnya pikiran bebas di Eropah pada Zaman Renaisance. Al-Ghazali berpendapat bahwa mempelajari filsafat dapat menyebabkan seseorang menjadi atheis. Untuk mencapai kebenaran sejati menurut Al-Ghazali hanya ada satu cara yaitu melalui tasawuf (mistisisme). Buku karangan Al-Ghazali ini kemudian ditanggapi oleh Ibnu Rushd dalam karyanya Tahafut-et-Tahafut (The Incohenrence of the Incoherence).
Kemenangan pandangan Al-Ghazali atas pandangan Ibnu Rushd telah menyebabkan dilarangnya pengajaran ilmu filsafat di berbagai perguruan-perguruan Islam. Hoesin (1961) menyatakan bahwa pelarangan penyebaran filsafat Ibnu Rushd merupakan titik awal keruntuhan peradaban Islam yang didukung oleh maraknya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pada pertengahan abad 12 kalangan gereja melakukan sensor terhadap karangan Ibnu Rushd, sehingga saat itu berkembang 2 paham yaitu paham pembela Ibnu Rushd (Averroisme) dan paham yang menentangnya. Kalangan yang menentang ajaran filsafat Ibnu Rushd ini antara lain pendeta Thomas Aquinas, Ernest Renan dan Roger Bacon. Mereka yang menentang Averroisme umumnya banyak menggunakan argumentasi yang dikemukakan oleh Al-Ghazali dalam kitabnya Tahafut-el-Falasifah.
2.2.4. Periode Keempat, Periode kebangkitan Eropa (Abad 12-17)
Seperti halnya yang dilakukan oleh pemuka agama Islam, berkembangnya filsafat ajaran Ibnu Rushd dianggap dapat membahayakan iman kristiani oleh para pemuka agama Kristen, sehingga sinode gereja mengeluarkan dekrit pada Tahun 1209, lalu disusul dengan putusan Papal Legate pada tahun 1215 yang melarang pengajaran dan penyebaran filsafat ajaran Ibnu Rushd.
Pada Tahun 1215 saat Frederick II menjadi Kaisar Sicilia, ajaran filsafat Islam mulai berkembang lagi. Pada Tahun 1214, Frederick mendirikan Universitas Naples, yang kemudian memiliki akademi yang bertugas menterjemahkan kitab-kitab berbahasa Arab ke dalam Bahasa latin. Pada tahun 1217 Frederick II mengutus Michael Scot ke Toledo untuk mengumpulkan terjemahan-terjemahan filsafat berbahasa latin karangan kaum muslimin. Berkembangnya ajaran filsafat Ibnu Rushd di Eropah Barat tidak lepas dari hasil terjemahan Michael Scot. Banyak orientalis menyatakan bahwa Michael Scot telah berhasil menterjemahkan Komentar Ibnu Rushd dengan judul de coelo et de mundo dan bagian pertama dari Kitab Anima.
Pekerjaan yang dilakukan oleh Kaisar Frederick II untuk menterje-mahkan karya-karya filsafat Islam ke dalam Bahasa Latin, guna mendorong pengembangan ilmu pengetahuan di Eropah Barat, serupa dengan pekerjaan yang pernah dilakukan oleh Raja Al-Makmun dan Harun Al-Rashid dari Dinasti Abbasiyah, untuk mendorong pengembangan ilmu pengetahuan di Jazirah Arab.
Setelah Kaisar Frederick II wafat, usahanya untuk mengembangkan pengetahuan diteruskan oleh putranya. Untuk tujuan ini putranya mengutus orang Jerman bernama Hermann untuk kembali ke Toledo pada tahun 1256. Hermann kemudian menterjemahkan Ichtisar Manthiq karangan Al-Farabi dan Ichtisar Syair karangan Ibnu Rushd. Pada pertengahan abad 13 hampir seluruh karya Ibnu Rushd telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin, termasuk kitab tahafut-et-tahafut, yang diterjemahkan oleh Colonymus pada Tahun 1328.
2.2.5. Periode kelima, Filsafat Modern (Abad 17-20 M)
Dikenal Juga sebagai abad Äufklarung. Pada masa ini Kristen yang berkuasa dan menjadi sumber otoritas kebenaran mengalami kehancuran, dan juga awal abad kemunduran bagi umat Islam. Berbagai pemikiran Yunani muncul, alur pemikiran yang mereka anut adalah rasionalitas, empirisrme, dan Kritisme. Peradaban Eropa bangkit melampaui dunia islam. Masa ini juga memunculkan intelektual Gerard Van Cromona yang menyalin buku Ibnu Sina, ”The canon of medicine”, Fransiscan Roger Bacon, yang menganut aliran pemikiran empirisme dan realisme berusaha menentang berbagai kebijakan gereja dan penguasa pada waktu itu. Dalam hal ini Galileo dan Copernicus juga mengalami penindasan dari penguasa. Masa ini juga menyebabkan perpecahan dalam agama Kristen, yaitu Kristen Katolik dan Protestan. Pada masa ini banyak muncul para ilmuwan seperti Newton dengan teori gravitasinya, John Locke yang menghembuskan perlawanan kepada pihak gereja dengan mengemukakan bahwa manusia bebas untuk berbicara, bebas mengeluarkan pendapat, hak untuk hidup, hak untuk merdeka, serta hak berfikir. Hal serupa juga dilakuklan ole J.J .Rousseau mengecam penguasa dalam bukunya yang berjudul Social Contak.
Hal berbeda terjadi didunai Islam, pada masa ini umat Islam tertatih untuk bangkit dari keterpurukan spiritual. Intelektual Islam yang gigih menyeru umat Islam untuk kembali pada ajaran al-Quran dan Hadis. Pada masa krisis moral dan peradaban muncul ilmuwan lainnya yaitu Muhammad Abduh. Muhammad Abduh berusaha membangkitkan umat Islam untuk menggunakan akalnya. Ia berusaha mengikis habis taklid. Hal tersebut dilakukan oleh Muhammad Abduh agara umat Islam menemukan ilmu yang berasal dari al-Quran dan hadis.
Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme, sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran kritisisme, yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda itu.
Aliran rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650 M). Dalam buku Discourse de la Methode tahun 1637 ia menegaskan perlunya ada metode yang jitu sebagai dasar kokoh bagi semua pengetahuan, yaitu dengan menyangsikan segalanya, secara metodis. Kalau suatu kebenaran tahan terhadap ujian kesangsian yang radikal ini, maka kebenaran itu 100% pasti dan menjadi landasan bagi seluruh pengetahuan.
Tetapi dalam rangka kesangsian yang metodis ini ternyata hanya ada satu hal yang tidak dapat diragukan, yaitu “saya ragu-ragu”. Ini bukan khayalan, tetapi kenyataan, bahwa “aku ragu-ragu”. Jika aku menyangsikan sesuatu, aku menyadari bahwa aku menyangsikan adanya. Dengan lain kata kesangsian itu langsung menyatakan adanya aku. Itulah “cogito ergo sum”, aku berpikir ( menyadari) maka aku ada. Itulah kebenaran yang tidak dapat disangkal lagi. Mengapa kebenaran itu pasti? Sebab aku mengerti itu dengan “jelas, dan terpilah-pilah”, “clearly and distinctly”, “clara et distincta”. Artinya, yang jelas dan terpilah-pilah itulah yang harus diterima sebagai benar. Dan itu menjadi norma Descartes dalam menentukan kebenaran.
Descartes adalah pelopor kaum rasionalis, yaitu mereka yang percaya bahwa dasar semua pengetahuan ada dalam pikiran.
Aliran empririsme nyata dalam pemikiran David Hume (1711-1776), yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan. Pengalaman itu dapat yang bersifat lahirilah (yang menyangkut dunia), maupun yang batiniah (yang menyangkut pribadi manusia). Oleh karena itu pengenalan inderawi merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna.
Adapun Kritisisme oleh Imanuel Kant (1724-1804) mencoba mengembangkan suatu sintesis atas dua pendekatan yang bertentangan ini. Kant berpendapat bahwa masing-masing pendekatan benar separuh, dan salah separuh. Benarlah bahwa pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indera kita, namun dalam akal kita ada faktor-faktor yang menentukan bagaimana kita memandang dunia sekitar kita. Ada kondisi-kondisi tertentu dalam manusia yang ikut menentukan konsepsi manusia tentang dunia. Kant setuju dengan Hume bahwa kita tidak mengetahui secara pasti seperti apa dunia “itu sendiri” (”das Ding an sich”), namun hanya dunia itu seperti tampak “bagiku”, atau “bagi semua orang”. Namun, menurut Kant, ada dua unsur yang memberi sumbangan kepada pengetahuan manusia tentang dunia. Yang pertama adalah kondisi-kondisi lahirilah ruang dan waktu yang tidak dapat kita ketahui sebelum kita menangkapnya dengan indera kita. Ruang dan waktu adalah cara pandang dan bukan atribut dari dunia fisik. Itu materi pengetahuan. Yang kedua adalah kondisi-kondisi batiniah dalam manusia mengenai proses-proses yang tunduk kepada hukum kausalitas yang tak terpatahkan. Ini bentuk pengetahuan. Demikian Kant membuat kritik atas seluruh pemikiran filsafat, membuat suatu sintesis, dan meletakkan dasar bagi aneka aliran filsafat masa kini.
2.3. Sejarah Perkembangan Sains
2.3.1. Zaman Pra-Yunani Kuno
Pada zaman ini, secara umum terbagi menjadi tiga fase.
1. Zaman batu tua yang berlangsung 4 juta tahun SM sampai 20.000/10.000 tahun SM. Pada zaman ini telah mempunyai beberapa ciri khas, di antaranya adalah menggunakan alat-alat sederhana yang dibuat dari batu dan tulang, mengenal bercocock tanam dan berternak, dan dalam kehidupan sehari-hari didasari dengan pengamatan primitif.
2. Zaman Batu Muda yang berlangsung tahun 10.000 SM sampai 2000 SM atau abad 100 sampai 20 SM. Di zaman ini telah berkembang kemampuan–kemampuan yang sangat signifikan. Kemampuan  itu berupa tulisan (dengan gambar dan symbol), kemampuan membaca (bermula dari bunyi atau suku kata tertentu), dan kemampuan menghitung. Dalam zaman ini juga berkembang masalah perbintangan, matematika, dan hukum.
3. Zaman Logam. Zaman ini berlangsung dari abad 20 SM  sampai abad 6 SM. Pada zaman ini pemakaian logam sebagai peralatan sehari-hari, bahkan sebagai perhiasan, peralatan masak, atau bahkan peralatan perang.
2.3.2. Zaman Yunani Kuno
Zaman ini berlangsung dari abad 6 M sampai dengan sekitar abad 6 M. Zaman ini menggunakan sikap ‘’aninquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis)’’, dan tidak menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap  ‘’receptve attitude mind (sikap menerima segitu saja)’’. Sehingga pada zaman ini filsafat tumbuh dengan subur. Yunani mencapai puncak kejayaannya atau zaman keemasannya (zaman Hellenisme) di bawah pimpinan Iskandar Agung(356-323 SM) dari Macedonia, yang merupakan salah seorang murid Aristoteles.
Pada abad ke- 0 M, perkembangan ilmu mulai mendapat hambatan. Hal ini disebabkan oleh lahirnya Kristen. Pada abad pertama sampai abad ke- 2 M mulai ada pembagian wilayah perkembangan ilmu. Wilayah pertama berpusat di Athena, yang difokuskan dibidang kemampuan intelektual. Sedangkan wilayah kedua berpusat di Alexandria, yang fukos pada bidang empiris.
Setelah Alexandria di kuasai oleh Roma yang tertarik dengan hal-hal abstrak, pada abad ke- 4dan ke- 5 M ilmu pengetahuan pegetahuan benar-benar beku. Hal ini di sebabkan oleh tiga pokok penting :
1).  Penguasa Roma yang menekan kebebasan berfikir.
2). Ajaran Kristen tidak disangkal.
3). Kerjasama gereja dan penguasa sebagai otoritas kebenaran.
Walaupun begitu, pada abad ke-2 M sempat ada Galen (bidang kedokteran) dan tokoh aljabar, Poppus dan Diopanthus yang berperan dalam perkembangan pengetahuan. Pada zaman ini banyak bermunculan ilmuwan terkemuka.  
2.3.3. Zaman Pertengahan
Zaman ini masih berhubungan dengan zaman sebelumnya. Karena awal mula zaman ini pada abad 6 M sampai sekitar abad 14 M, maka tampillah para theology di lapangan ilmu pengetahuan. Segala aktifitas keilmuan harus berdasarkan atau mendukung agama. Dengan kata lain aktifitas ilmiah terkait erat dengan aktifitas keagamaan.
Ketika bangsa eropa mengalami kegelapan, kebangkitan justru milik islam. Hal ini dimulai dari lahirnya nabi Muhammad SAW pada abad ke 6M. Perluasan wilayah, pembinaan hukum serta penerjemahan filsafat Yunani, dan kemajuan ilmu pengetahuan pada abad ke – 7 M sampai abad ke-12 M. Pada masa ini islam mendapat masa keemasannya (golden age).Selain itu, pada abad ini terjadi abad perkembangan kebudayaan di Asia Selatan dan timur, seperti, ajaran Lao Tse (menjaga keharmonisan dengan alam) dan Confucius (konsep kode etik luhur mengatur akal sehat).
Sepanjang Eropa mengalami masa kegelapan, di sebelah selatan Laut Tengah berkembang kerajaan bangsa Arab yang di pengaruhi oleh budaya islam. Dengan berkembanganya pengaruh  islam, maka semakin banyak pula tokoh-tokoh ilmuwan yang berperan dalam perkembangan ilmu. Mereka adalah sebagai berikut:
1. Al Farabi (870 M -950 M). Adalah seorang komentator filsafat  Yunani yang sangat ulung di dunia islam. Kontribusinya terletak di berbagai bidang matematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al- farabi telah membuat berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik, kitab Al-musiqa. Selain itu, karyanya yang paling terkenal adalah Al-Madinah Al- fadhilah (kota atau Negara utama) yang membahas tentang pencapaian kebahagian melalui kehidupan politik dan hubungan antara razim yang paling baik menurut pemahaman dengan hukum ilahian Islam.
2. Al-Khawarizmi (780 M – 850 M), hasil pemikiran berdampak besar pada matematika, yang terangkum dalam buku pertamanyanya, Al-jabar, selain itu karyanya adalah Al-kitab Al- mukhtasar  fi hisab Al-jabr  wa’al – muqalaba (buku rangkuman untuk kulturasi dengan melengkapkan dan menyeimbangkan), kitab surat Al-ard (Pemandanganan Bumi). Karyanya tersebut sampai sekarang masih tersimpan di Strassberg, Jerman.
3. Al – Kindi (801 M – 873 M), bisa dikatakan merupakan filsuf pertama yang lahir dari kalangan islam. Al-kindi menuliskan banyak karya dalam bidabg goemetri , astronomi, aritmatika, musik (yang dibangunya dari berbagai prinsip aritmatis), fisika, medis, psikologi, meteorology, dan politik.
4. Al-Ghazali (1058 M – 111 M) adalah seorang filsuf dan theolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat. Karya beliau berupa kitab-kitab, antara lain kitab Al – munqidih min adh – dalal, Al – risalah  al – quadsiyyah, dan mizan al – Amal.
5. Ibnu sina ( 980 M – 1037 M ). Ia di kenal sebagai A Vicenna di dunia barat.  Ia adalah seorang  filsuf, ilmuwan, dan juga dokter. Bagi banyak orang beliau adalah bapak pengobatan modern dan masih banyak lagi sebutan baginya yang berkaitan dengan karya – karyanya di bidang kedokteran. Karyanya merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad – abad.
6. Ibnu Rusyd (1226 M – 1198 M), yang bahasa latin di sebut dengan Averroes, dan dia adalah filsuf dari spanyol (Andalusia). Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fiqih dalam bentuk karangan, ulasan, essai, dan resume.
7. Ibnu Khaldun (1332 M – 1406 M), adalah seorang sejarawan muslim dari Tunisia dan sering disebut sebagai bapak pendiri ilmu historiografi,  sosiologi dan ekonomi. Karyanya yang terkenal adalah Muqaddimah ( pendahuluan ).
8. Jabir Ibnu Hayyan atau Gebert ( 721 M – 815 M ), dia adalah seorang tokoh islam yang mempelajari dan mengembangkan ilmu kimia.
9. Al – razi ( 856 M – 925 M ), yang dikenal dengan nama Razes. Seorang dokter  klinis ynag terbesar pada masa itu dan pernah mengadakan suatu penelitian  Al-kimi atau lebih dikenal dengan sebutan ilmu kimia. Beliau mengarang Ensiklopedia ilmu kedokteran yang berjudul Contenens.
10. Al–Battani (850 M – 929 M), memberikan kontribusi untuk astronomi dan matematika. Dalam astronomi, al–Battani juga meningkatkan ketepatan pengukuran presesi sumbu bumi.
11. Dalam bidang sosial, terdapat nama Yaqut bin Abdullah al Hamawi ( 1179 M – 1229 ), yang mengarang kitab Mu’jam al – buldan (kamus Negara). Ibnu  Yunis, Umar Al- Khayyam,  Will Durant, Feilding H. Gorrison, dan Abu Rayhan al – Biruni, di bidang sains dan antropologi.
2.3.4. Zaman Renaissance
Zaman ini berlangsung pada awal abad 14 M  sampai dengan abad 17 M. Renaissance sering diartikan denagn kebangkitan, peralihan, atau lahir kembali (rebirth), yaitu di lahirkan kembali sebagai manusia yang bebas untuk berpikir , dan jauh dari ajaran – ajaran agama.
Tokoh – tokoh ilmuwan yang berpengaruh di masa ini ialah sebagai berikut:
1. Nicolaus Capernicus ( 1473 M – 1543 M ), adalah seorang astronom, matematikawan, dan ekonom yang berkembangsaan Polandia. Ia mengembangkan Teori Heliosentris (Tata Surya berpusat di matahari).
2. Galileo Galilei ( 1564 M – 1642 M ), adalah seorang astronom, filsuf, dan fisikawan Italia yang memiliki peran  besar dalam revolusi ilmiah. Sumbangannya dalam keilmuan antara lain adalah penyempurnaan teleskop ( dengan 32 x pembesaran ) dan berbagai observasi astronomi. Dia adalah orang pertama yang melukiskan tata surya seperti yang kita kenal sekarang.
3. Tycho Brahe ( 1546 M – 1601 M ), adalah seorang bangsawan Denmark yang terkenal sebagai astronom/astrolog  dan alkimiawan. Tycho adalh astronom pengamat paling menonjol di zaman pra –teleskop. Akurasi pengamatannya  pada posisi bintang dan planet tak tertandingi pada masa itu.
4. Johannes Kepler (1571 M – 1630 M), adalah astronom jerman,  Matematikawan dan astrolog. Ia paling di kenal melalui hukum gerakan planetnya. Kepler juga ahli optic dan astronomi. Penjelasannya tentang pembiasan  cahaya tertuang dalam buku  ‘’supplement to witelo , expounding the optical part of astronomy’’. Ia orang pertama yang menjelaskan cara kerja mata.
5. Fancies Bacon ( 1561 M – 1626 M ), adalah seorang filsuf,  negarawan dan penulis Inggris. Karya – karyanya antar lain membangun dan mempopulerkan motodologi induksi untuk penelitian ilmiah, sering kali disebut metode Baconian.
6. Andreas Vesalius ( 114b M – 1564 M ), adalah ahli anatomi. Ia memperkenalkan tentang anatomi tubuh manusia. Ia juga menulis sebuak teks mengenai tumbuhan obat.
2.3.5. Zaman Modern
Zaman ini sudah dimulai sejak abad 14 M. zaman ini juga dikenal sebagai masa rasionalisme yang tumbuh di zaman modern karena munculnya berbagai penemuan ilmu pengetahuan.
Tokoh yang menjadi pioner pada masa ini adalah Rene Decrates, Isaac Newton, Charles Darwin, dan JJ. Thompson. Keterangan lebih lengkap sebagai berikut :
1. Isaac Newton (1643 M – 1727), adalah seorang fisikawan, matematikawan, ahli astronomi, filsuf alam, alkimiawan, dan theolog. Dia di katakana sebagai ‘’Bapak ilmu fisika klasik’’. Karyanya yang berjudul Philosophiae Naturalis Principia Mathematica menjabarkan tentang hukum gravitasi dan tiga hukum gerak yang mendominasi pandangan sains mengenai alam semesta selama tiga abad ini.
2. Rene Descartes ( 1596 M – 1650 M ), ia di kenal sebagai Renatus Cartesius, adalah seorang filsuf  dan matematikawan Perancis. Descartes kadang di panggil ‘’Penemu filsafat Modern’’  dan ‘’Bapak matematika modern’’. Pemikirannya yang menggunakan revolusi adalah ‘’semuanya tida ada yang pasti , kecuali kenyataan bahwa seseorang berfikir’’.
3. Charles Robert Darwin ( 1809 M – 1882 M ) adalah seorang naturalis yang teori revolusionernya meletakkan landasan bagi teori evolusi modern dan prinsip garis keturunan yang sama (common Descent) dengan mengajukan seleksi alam  sebagai mekanismenya. Teorinya yang paling menggemparkan adalah ‘’Nenenk Moyang Manusia Adalah Kera‘’.
4.  Joseph John Thompson ( 1856 M – 1940 M ) adalah seorang ilmuan dengan penelitiannya yang membuahkan penemuan Elektron. Thompson mengungkapkan bahwa gas mampu mengantarkan listrik. Ia menjadi seorang perintis ilmu fisika nuklir. Dia juga menemukan sebuah metode untuk memisahkan jenis atom dan  sinar molekul yang berbeda dengan  menggunakan sinar positif.
2.3.6. Zaman Kontemporer
Zaman ini bermula dari abad 20 M dan sebagian besar aplikasi ilmu dan teknologi di abad 21 merupakan hasil penemuan mutakhir di zaman ini. Bidang fisika menjadi tiitk perkembangan ilmu pada masa ini. Hal ini di sebabakan karena fisika di pandang sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur–unsur fundamental yang membentuk alam semesta.
Tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Albert Enstein (1879 M – 1955 M), dia adalah ilmuan Fisika. Dia mengemukakan teori relativitas. Semenjak tahun 1905 M sampai 1917 M, saat ia menerbitkan tulisan revolusionernya tentang teori Relativitas, pandangan umat manusia tentang dunia dan alam semesta pun berubah selamanya, tahap terakhir dari zaman modern telah lahir, dan cakrawala pun bergeser. Masih ada lagi ilmuwan yang mempunyai ide besar lainnya, antara lain seperti Linus Pauling, James D. Watson, Miller Urey, Werner Heinsenberg dan Erwin Schrodinger, Edwin Hubble, Alfred Wegener.
2.4. Hubungan Sekaligus Perbedaan filsafat dan Sains
2.4.1. Secara Histori
Pada awalnya filsafat sains lebih berupa metodologi atau telaah tentang tata kerja atau metode dalam berbagai sains serta pertanggungjawabanya secara rasional. Dalam logika sains biasa dibedakan ada yang disebut dengan konteks penemuan sains(context of scientific justification).
Tradisi sains, sebenarnya telah dimulai sejak filsafat itu lahir, yaitu sejak atau sekitar abad ke 6 SM. Thales, yang disebut-sebut sebagai bapak filsafat telah memutarkan dengan mencari tahu tentang bahan dasar alam semesta ia menyimpulkan bahwa bahan dasar alam semesta itu adalah air. Jawaban ini tidak memuaskan murid dan pemikir setelahnya. Anaximenes misalnya mengatakan bahwa bahan dasar yang membangun alam semesta itu adalah udara. Anaximandros mengatakan suatu prinsip yang tidak terbatas(to Apeiron). Penyelidikan para pendahulu filsafat ini lebih bersifat kosmologi-ontologis, belum epistemologis, artinya belum begitu serius. Baru setelah Aristoteles (1384-322 SM) membahas epistemologis mulai dipertanyakan.Arisoteles mengemukakan acuan untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, yaitu dengan menggunakan pengamat induktif dan metode deduktif.
Dari kedua metode yang nampak bertolak belakang itu, Aristoteles mengusulkan bahwa untuk mencapai pengetahuan yang solid, kedua metode tersebut mesti sama-sama digunakan, artinya apa yang kita pikirkan itu harus bias dibuktikan atau berhubungan dengan realitas dan kenyataan konkret.
Zaman semakin maju, revolusi terjadi dalam berbagai bidang, maka arah kajian filsafat sains berkembang ke zaman yang lebih baru dan lebih positive. Agar nampak tidak terlalu naïf, tampilah para tokoh filsafat sains yang menberikan landasan filsafat bahasa pada positivme hingga tampil menjadi logis gerakan ini muncul setelah didirikan kelompok kajian filsafat sains yang disebut dengan, lingkaran wina.aliranya disebut positivisme logis. Pada awal abad ke 20 inilah filsafat sains mencapai puncaknya.

2.4. 2. Hubungan Filsafat dan Sains

Pada akhirnya kita memang melihat adanya sebuah hubungan antara filsafat dengan sains. Mereka memiliki spirit dan tujuan yang sama yaitu jujur dan mencari kebenaran. Dalam pencarian kebenaran ini sais menentuka dalam dirinya sendiri tugas khas tertentu dan tugas ini memerlukan batas-batas tertentu. Tetapi penyelidikan ean pikiran manusia yang selalu inig tahu, melukai batas-batas ini dan menuntut perembesan terhedap wilayah yang berada di balik bidang sains, dengan demikian lalu filsafat muncul.
Henderso berpendapat tentang hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan atau sains, seprti di bawah ini:
A. Science
1. Originally, the child of philosophy
2. Analitic, examines all phenomena minutely
3. Concerned with facts, with describing thing as they are
4. Begins with assumptions
B. Philosophy
1. Mother of knowledge
2. Synoptic, views the world and even the universe
3. Concerned not only with things as they are but also with the way they ought to be human desires and human values
4. Examines and questions all assumptions
5. Uses all pertinent findings sciences
Apabila permasalahan diatas merupakan perumusan permasalahan yang tepat dan benar dan baik, maka mana yang lebih penting, induknya atau kan anaknya, yang dulu lebih penting dari yang kemudian, sebab lebih penting dari akibatnya, beberapa pertanyaan permasalahan yang tidak mudah di jawab, atau pertayaan yang dijawabnya masih sangat terbuka sekali, maka kita menjelaskan bahwa sesungguhnya kedudukan filsafat sains dalam sistematika filsafat lebih dekat kepada tema besar filsafat yang kedua yaitu epistemology. Bahka keduanya saling terkait dan tidak dapat dipisahkan begitu saja. Hanyan saja untuk memudahkan pengindetifiksian, kajian epistemologi lebih dimaknai dan ditujukan sebagai pengkajian teoritis tentang pengetahuan sebelum pengetahuan itu sendiri berkembang sebagai sains pada abad ke-17 atau setidaknya kajian tersebut barada diluar sains, berdasarkan peredaan metode objek yang dikaji tentunya.

2.5.  Penayangan Film Sains

                        Penayangan film sains akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang begitu signifikan. Hal ini dipengaruhi oleh pola pikir manusia yang semakin kompleks seiring dengan semakin tingginya kompetisi yang begitu ketat di setiap bidang kehidupan manusia, termasuk juga sains. Penayangan film sains sebagai bentuk representasi dari rasa kepuasan manusia akan keberhasilannya dibidang sains. Lebih dari itu, penayangan film sains merupakan suatu bentuk kecintaan manusia akan sains yang menjadi bagian dari kehidupan manusia itu sendiri.
                        Adapun beberapa nilai positif dari penayangan film sains bagi masyarakat, antara lain: pertama, nilai informative. Penayangan film sains sebagai bentuk untuk memberikan informasi kepada masyarakat, baik itu pesan atau solusi dalam film  maupun hal-hal yang berkaitan dengan sains. Kedua, nilai education. Penayangan film sains sebagai bentuk pendidikan terhadap masyarakat agar selalu berusaha untuk menikatkan  kualitas sains yang masih mengalami kekurangan. Memberikan nilai pendidikan terhadap generasi penerus bangsa terhadap apa yang harus dilakukan dalam kaitanya dengan sains. Ketiga, nilai estetika. Nilai seni yang ada dalam film sains merupakan suatu hal yang menjadi impian masyarakat. Hal ini karena manusia merukan satu-satunya insane pencinta kesenian. Sehingga nilai kesenian yang ada dalam film sains juga menjadi hiburan bagi masyrakat.
                        Penayangan film sain  yang begitu pesat disambut baik oleh masyarakat Indonesia. Hal ini dipengaruhi oleh urgenitas dari film sain yang sudah tidak diragukan lagi. Karena itu pada tanggal 16-30 November 2011, di Indonesia mengadakan festival film sains untuk yang pertama kalinya. Dengan tema “hutan”, vestival film sain tersebut bertujuan untuk  meningkatkan kepekan kaum muda sebagai motor untuk melestarikan hutan.


















 BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
            Filsafat adalah ibu dari segalah ilmu. Hal ini berarti filsafat merupakan  subyek  ilmu yang terdiri dari berbagai cabang ilmu. Sedangkan sains adalah pengetahuan yang memandang dan mengamati keberadaan alam ini sebagi suatu obyek. Hal itulah yang membedakan antara sains dan filsafat. Adapun sejarah perkembangan filsafat yang begitu kompleks dan memiliki nilai infomasi yang cukup penting untuk kita pahami bersama.  Untuk memudahkan kita, penulis membagi sejarah perkembangan fisika secara periode yaitu: periode pertama ( filsafat yunani abad ke 6 SM), periode kedua ( zaman setelah kelahiran  Al Masih abad ke 0-6 M), periode ketiga ( periode kejayan Islam abad ke 6-13 M), peride ke empat ( peride kabangkitan Eropa abad ke 12-17), periode kelima (filsafat modern abad 17-20).
            Sedangkan sejarah perkembangan sains adalah: zaman pra Yunani kuno, zaman  Yunani kuno, zaman pertengahan, zaman reinaissance, zaman modern,  dan zaman kontemporer. Seiring denagn perkembangan sain yang begitu pesat, maka dunia perfilman mencoba mengangkat film-film yang berkaitan dengan perkembangan sain tersebut. Hal ini bertujuan sebagi motifasi generasi penerus untuk selalu memperbaiki berbagai kelemahan atau kekurungan di bidang sains sekarang.
2.1. Saran
            Sebagai generasi yang berintelek, sudah seharusnya kita memahami betapa pentingnya perkembangan filsafat dan sains sekarang ini. Sejarah perkembangan filsafat dan sains, kita jadikan sebagai pedoman untuk meningkatkan kualitas berpikir kita dalam menanggapi berbagai isu dalam kaitannya dengan sains. Kita mestinya sadar akan eksistensi kita sebagai generasi penerus bangsa, yang mutlak menjadi tanggung jawab kita  dalam mengatasi masalah sains di negri ini. Pikiran kritis dan rasional sangat dibutuhkan dalam mencari sebuah kebenaran yang mana kebenaran  menjadi orentasi kehidupan kita.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro, 2007,  Filsafat Umum,  Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Collis, Andela Yabro, 1976, Cosmologi and Eschatologi in Jewish and Cristian apocalypticisme, Brill, Leiden-Boston.
Herdano, Darmadjo, 1986, Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam, Karunika Universitas Terbuka, Jakarta.
Hikmah, Nur,  Dkk., 2010, “Sejarah Perkembangan Ilmu”, STAI Rakha, Amunita.
 Irawan, 2008,  Pengantar Singkat Ilmu Filsafat, Intelekia Pratama, Bandung.
Lebe, Eduardus F.,2009, Filsfat Untuk Pelajar: Perspektif Filsafat Dalam Kajian Pengetahuan Modern Untuk di Telaa Secara Pasti, Nusa Indah, Ende.
Poejawidjatna, 1998,  Tahu Dan Pengetahuan “Pengantar ke Ilmu dan Filsafat”, Rineka Cipta, Jakarta.
Poper, karl R., 1963, conjectures and refutations: The Griwth of  Scientif knowledge,  Routledge and Kegan Paul Press, London.

WEB:
http:// www.dedeyahya.com/2011/04/makalah-filsafat-dan-sains.html. diakses pada tanggal 16 Maret 2012.
Http://miftahfauzi38.blogspot.com/search/label/filsafat. diakses pada tanggal 15 Maret 2012.

Dikutip dari http://www.sciencemadesimple.com/science-definition.html. diakses pada tanggal 15 Maret 2012.







0 komentar:

Posting Komentar