BERGESERNYA IDEALISME MAHASISWA
OLEH: EDUARDUS F.LEBE
1. Apa itu idealisme?
Ø Menurut Kamus besar bahasa indonesia
1. Aliran ilmu filsafat yang menganggap pikiran
atau cita-cita sebagai satu-satunya hal yang benar yang dapat dicamkan dan
dipahami.
2. Hidup atau berusaha hidup menurut cita-citanya,
menurut patokan yang dianggap sempurna.
3. Aliran yang mementingkan khayal atau fantasi
untuk menunjukkan keindahan dan kesempurnaan meskipun tidak sesuai dengan
kenyataannya.
Ø Dari pengertian tersebut terdapat tiga hal penting
mengenai idealisme:
1. Aliran
2. Cita-cita
3. Patokan/konsep
4. Khayal/fantasi
5.
Kesempurnaan
Menurut saya
idealisme itu adalah suatu pemikiran, ide, logika manusia yang jujur (murni)
yang menuju kearah ideal atau seperti seharusnya. Jadi apakah salah menjadi
idealis ?. Katanya idealisme selalu bertentangan dengan realita, menurut saya
tidak, karena dengan realita akan tercipta suatu idealisme atau sebaliknya,
jadi idealisme dan realita merupakan sahabat yang saling membangun. Mungkin
idealisme itu bertentangan dengan realita para koruptor, karena dengan segala
kemudahan dan materi yang diinginkan para koruptor, mereka tidak menyetujui
pemikiran yang idealis yang dapat merugikan mereka.
Idealisme dapat juga
mengarah kenasionalisme, jika seorang idealis menginginkan negara dan bangsanya
bersatu dan maju menjadi bangsa yang ideal. Para pahlawan kemerdekaan Indonesia
merupakan sosok yang idealis, mereka dengan tegas menantang
para penjajah, tidak mau disuap dan berkompromi dengan para penjajah
yang sampai sekarang masih menjajah Indonesia secara tidak langsung melalui
pengerukan dan pemanfaatan kekayaan alam Indonesia. Idealisme juga selalu
diserukan mahasiswa saat berorasi. Sebagai agent
of change dan social control,
mahasiswa memerlukan idealisme untuk melaksanakan peranannya itu. Di dalam
dunia akademis pun idealisme itu sangat penting untuk mempertahankan keilmiahan
suatu penelitian, menciptakan kreatifitas dari pemikiran, ide, dan logika kita
yang akan menuju ke arah ideal. Gaya atau jalan seorang idealis tidak harus
keliatan “baik” atau “sempurna” walaupun arah dan tujuannya menuju
kesempurnaan.
Idealisme juga dapat
mengarah ke spiritual, sebagai orang yang beriman dan ber”agama” sifat yang
idealis sangat diperlukan agar tidak salah menafsirkan makna dari agama itu
sebenarnya. Jika seseorang menganggap agamanya yang paling benar, fanatik,
sampai menyakiti orang lain atas nama agama, dy bukanlah seorang idealis
beragama. Ada yang beragama hanya takut neraka, makanya mereka berlomba2
mendapatkan surga, tidak memperdulikan orang lain “Egoistis agamais”. Berebut,
saling dorong, terinjak-injak untuk mendapatkan surga dengan cara sembahyang
berebutan, hah ? bullshit. Mungkin seorang idealis diatas seorang agamais dan
diatas keduanya adalah seorang spiritualis.
Pengertian dan makna
Idealisme memang luas. Idealisme itu sangat penting selama dijalankan dengan
tidak egois dan arogan. Idealisme sebenarnya memang terdapat di berbagai aspek
kehidupan, karena memang pengertian idealisme adalah suatu pemikiran, ide, dan
logika yang menuju ke arah ideal. Siapa yang tidak ingin ideal ? kehidupan yang
lebih baik ? jika idealisme mati maka kehidupan pun pasti mati.
2.
Siapakah Mahasiswa?
Mahasiswa dengan sederet titel sosial mulai
dari agent of change, agent of social control.
Bahkan, menurut sebagian besar masyarakat menyebut mahasiswa adalah orang
yang serba bisa, serba tahu berbagai persoalan yang muncul dalam masyarakat.
Hal ini menjadikan mahasiswa sebagai kaum elit dan terhormat dibanding
dengan kaum muda lainnya.
Namun, sederet
titel dan penghargaan terhadap mahasiswa teryata tidak semuanya
berbuah manis serta sesuai dengan harapan. Maraknya pemberitaan di
media massa baik melalui media cetak maupun elektronik menunjukkan betapa
ironisnya prilaku mahasiswa akhir-akhir ini.
Di
beberapa kampus (baik negeri maupun swasta , kampus besar maupun kecil) di
Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke banyak sekali terjadi
tawuran antar mahasiswa. Berbagai macam alasan para mahasiswa melakukan aksi
seperti ini mulai dari kebijakan pemerintah yang kurang representatif,
kebijakan kampus yang kurang populis bagi mahasiswa, dan yang paling parah
tawuran ini bermula dari dari konflik personal (berebut cewek, saling ejek,
bahkan berebut bola) yang kemudian dibawa ke dalam konflik kelompok.
Mahasiswa
merupakan generasi bangsa yang mempunyai tingkat intelektualitas
tinggi dimana budaya ilmiah selalu menjadi alternatif dalam pemecahan
masalah. Menurut berbagai sumber, mahasiswa dibagi beberapa tipe yang
mewakili kepribadian manusia.
Mahasiswa
bisa dibagi kedalam 4 tipe:
Tipe
pertama, mahasiswa Akademis (mahasiswa yang
berorientasi pada akademis). Tipe kedua, mahasiswa Romantis
(mahasiswa yang selalu tampil nyentrik demi menggaet lawan jenis). Tipe
ketiga, Hedonis (mahasiswa yang suka senag-senang atau hedon). Tipe
keempat, mahasiswa Organisatoris (mahasiswa yang selalu sibuk dengan
dunia organisasi ).
Nah,
dari tipe-tipe tersebut, kamu termasuk kategori yang mana?
Sejarah
juga mencatat bahwa mahasiswa mempunyai peranan penting dalam sejarah bangsa
Indonesia. Mahasiswa membawa perubahan banyak terhadap bangsa ini.
Runtuhnya
rezim Sukarno yang totaliter serta mengagungkan dirinya sebagai presiden seumur
hidup tidak lain karena idealisme mahasiswa. Sama halnya pada rezim Suharto
yang otoriter juga runtuh oleh gerakan mahasiswa. Ini menunjukkan bahwa
mahasiswa merupakan generasi penting dalam suatu negara. Kalau pemudanya
kuat maka negara akan kuat juga.
Di
era reformasi saat ini (mungkin lebih tepatnya pasca reformasi), sudah
sepatutnya dan selayaknya mahasiswa mempertahankan idealismenya. Ciri khas
mahasiswa seharusnya adalah idealis rasionalis, karena setiap
aktivitas dan gerakan mahasiswa selalu dilandasi oleh kekuatan moral ‘moral
force‘, pemikiran yang matang, dan tidak berlandaskan kepentingan.
Akan
tetapi, citra mahasiswa sekarang mulai tergeser akibat prilakunya sendiri.
Masyarakat merasa bahwa mahasiswa adalah benalu yang sering membuat
susah.Sebagai contoh, seringnya demo mahasiswa yang membuat macet jalan
umum, dan ujung-ujungnya berakhir anarkis, mahasiswa tak jauh beda
dengan preman pasar yang membuat gaduh dan menyengsarakan banyak
orang.
Sedikit-sedikit
kekerasan, sedikit-sedikit maen pukul. Dari sini, dimanakah yang
dinamakan budaya idealis rasionalis tadi? Budaya intelektual, budaya calon
guru, calon “pencerah” kehidupan masyarakat.
Bisa
dibayangkan apabila calon “pencerahnya” seperti ini bagaimana generasi
dibawahnya ?. Pasti akan lebih buruk dan kemungkinan bangsa ini akan berubah
dari bangsa yang mempunyai budaya ramah, toleransi, menghargai orang lain
menjadi bangsa yang kasar… bar-bar serta bahkan hanya budaya latah.
Dengan
demikian, kita (mahasiswa) sudah seharusnya meneruskan perjuangan
para pahlawan dan “founding father” yang bersusah payah membangun citra
bangsa ini dengan rela berkorban baik jiwa, raga bahkan nyawa sehingga bangsa
ini terbebas dari belenggu penjajahan.
Sekarang
saatnya tugas kita untuk juga mau rela berkorban baik jiwa, raga bahkan
nyawa sehingga bangsa ini bisa terus terbebas dari belenggu “penjajahan
modern”.
3.
Runtuhnya Idealisme Mahasiswa
Setelah Reformasi
bergulir gerakan-gerakan kemasyrakatan bermunculan bak jamur di musim hujan
dengan mengusung ideologinya masing-masing. Mungkin setelah rezim Soeharto yang
menginginkan masyarakat utopis, sehingga di masyarakat ada yang berbau SARA
akan dibabat habis oleh rezim orde baru ini. setelah mendapatkan kebebasan yang
luar biasa di era reformasi ormas yang dulu mungkin masih bersifat under
ground mulai muncul terang-terangan. Ironisnya pemerintah sekarang tidak
kritis dalam melihat realita di masyarakat, terasa membiarkan gerakan-gerakan
separatis itu. Yang kita takutkan ialah gerakan-gerakan itu bertentangan dengan
ideologi kebangsaan kita, seperti yang diberitakan di media yaitu gerakan
Negara Islam Indonesia.
Organisasi manapun
perlu perlu restrukturisasi atau kaderisasi untuk kelangsungan hidup dan
aktivitas gerakan tersebut, maka rekuitmen anggota baru mutlak dilakukan.
Sebagaimana yang kita ketahui berita yang menjadi hot issue beberapa
minggu kemarin tentang gerakan NII yang merekrut para mahasiswa, kemudian dibrainwash
untuk dijadikan kader mereka. Ada fenomena yang mengherankan, kenapa banyak
mahasiswa yang tertarik masuk kaderisasi NII, yang konon NII berpendapat tidak
mengakui kenegaraan Indonesia, karena mereka menganggap Indonesia masih darul
kufr (wilayah kafir) dan ada perbadaan pemahaman agama (Islam) NII dengan
masyarakat umum. Ada hal-hal aneh disitu, tapi kenapa banyak mahasiswa tidak
mempertanyakan atau mencurigainya. padahal Ciri khas yang melekat pada
mahasiswa selain idealismenya, juga nalar kritis.
Kita lihat ada shifting
dalam kehidupan mahasiswa luas, dahulu mahaiswa tidak menemukan realitas
seperti mahasiswa kini seperti, sistem pendidikan kampus berbeda dengan dulu,
perkembangan teknologi dan informasi, atau kehidupan yang hedonisme mahasiswa,
yang menentukan watak mahasiswa sekarang. Didukung keadaan bangsa kontemporer
di tengah pusaran pluralisme ideologi, tantangan yang besar bagi mahasiswa
dapatkah mahasiswa menjadi jalan alternatif di era modern ini atau masuk dalam
pusaran air kehidupan modern. Mahasiswa kini lebih mementingkan tuntutan
kehidupan dari pada suatu idealisme.
Selain itu, kalayak
mahasiswa dalam hal pemahaman keagamaan, lebih cenderung memahami legal formal
saja, padahal dalam teks keagamaan terkandung spirit atau pesan universal dari
suatu ajaran, maka yang disenangi ialah ilmu-ilmu praktis bukan ilmu-ilmu alat
dalam ilmu agama. Memahami hal-hal yang legal formal akan terjebak pada kekauan
dalam pengimplementasikan ajaran di seiap waktu dan tempat dan sulit untuk
menalar kritis asal muasal penafsiran seorang atau suatu kelompok.
Terakhir harapan kita
ialah kerjasama semua elemen masyarakat, terutama pemerintah dan keluarga,
pemerintah dengan kebijakannya mengawasi gerakan-gerakan yang mengancam
nilai-nilai kebangsaan. Adapun keluarga adalah struktur di masyarakat yang
paling dekat dengan kita semua, seandainya keluarga bisa mengontrol semua
individu anggota keluarga, hal itu merupakan langkah preventif pertama dalam
menanggulangi gerakan tersebut.
4.
Ada
apa dengan pergerakan mahasiswa masa kini?
Secara maknawi, pergerakan dapat
diartikan sebagai suatu aktivitas yang memberikan dampak perubahan. Pergerakan
sejatinya mendarah daging dalam tubuh pemuda khususnya mahasiswa. Sebagai kaum
intelektual, mahasiswa dituntut untuk berpikir kritis dan tanggap terhadap
segala masalah yang berada disekitarnya. Karena itu, tidak mengherankan bahwa
hanya mahasiswa yang memiliki fungsi agent of change, moral force, social
control, dan iron stock. Sejarah telah membuktikan bahwa pergerakan
mahasiswa telah memberikan banyak perubahan bagi wajah bangsa ini.
Namun bagaimanakah kita mempersepsikan pergerakan mahasiswa itu sendiri? Apakah
dia bersifat stagnan dan hanya bermodalkan keberanian seorang mahasiswa saja?
Lalu bagaimana hubungan gerakan mahasiswa dengan fungsi mahasiswa itu sendiri?
Sebelum melihat potret pergerakan mahasiswa saat ini, perlu kita melihat
hakikat dari fungsi mahasiswa.
Mahasiswa Sebagai Agent of Change
(Agen Perubahan)
Indonesia sejak tahun 1908 sampai dengan 1998, fungsi agent of change
oleh mahasiswa memiliki dampak yang luar biasa. Tahun 1908 kita kenal sebagai
tahun kelahiran Budi Utomo dan disusul dengan beberapa kejadian seperti
pergerakan nasional dan soempah pemoeda ditahun-tahun berikutnya. Kemudian
runtuhnya tirani orde baru juga sebagai akibat dari pergerakan mahasiswa.
Sesungguhnya, fungsi agent of change adalah kontribusi bagi perubahan
menuju arah yang lebih baik lagi. Sehingga maknanya menjadi sangat luas.
Kontribusi bagi perubahan dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan passion
masing-masing. Dari sinilah potensi dapat dimaksimalkan. Setiap potensi yang
dimiliki haruslah digunakan sesuai dengan koridor fungsi mahasiswa itu sendiri.
Mahasiswa Sebagai Iron Stock
Mahasiswa selain sebagai kaum intelektual, juga sebagai bagian dari masyarakat.
Karena itulah, mahasiswa yang akan diberikan amanah sebagai pemimpin bangsa
dimasa yang akan datang untuk menggantikan pemimpin yang lama. Fungsi iron
stock berarti mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa yang memiliki mental
layaknya baja. Dia memiliki keberanian untuk mengungkapkan idealismenya.
Kekuatan idealisme, merupakan bagian dari keutamaan karakter. Sebuah karakter
memiliki satu nilai yang sangat agung dan karakterlah yang memberikan warna
tersendiri dalam diri mahasiswa.
Pribadi yang berkarakter dapat dibangun dengan meningkatkan wawasan untuk
menganut sebuah nilai dan memiliki kekuatan untuk mempertahankan nilai
tersebut. Tentunya nilai-nilai yang diharapkan adalah nilai luhur yang
berkarakter bangsa. Kita mempunyai satu nilai yang tak ternilai harganya yaitu
pancasila. Dari sinilah, mahasiswa mengimplemetasikan nilai tersebut sebagai
modal kepemimpinan masa depan.
Mahasiswa Sebagai Social Control
Satu hal yang tidak boleh hilang dalam pribadi mahasiswa; yaitu sikap kritis
dan tanggap terhadap permasalahan sosial di sekitarnya. Ketika ada satu
kebijakan yang tidak sesuai dengan nilai bangsa, mahasiswa melakukan fungsi
kontrol sosial agar kebijakan tersebut kembali lagi pada koridor yang
seharusnya.
Sikap kritis dapat dibangun dengan meningkatkan kesadaran melalui wawasan dan
penanaman nilai. Dia tidak dapat dibangun begitu saja, melainkan membutuhkan
waktu yang cukup panjang dan berimplikasi pada persoalan karakter yang melekat
dalam diri mahasiswa. Dia harus dibangun secara perlahan-lahan seperti tetesan
air yang melubangi batu dalam waktu yang lama.
Mahasiswa Sebagai Moral Force
Sangat berbahaya jika penyakit hedonisme mewabah dalam diri mahasiswa.
Dampaknya adalah hilangnya moral dan kepedulian mahasiswa. Kecintaan berlebih
pada duniawi inilah yang menghilangkan moralitas mahasiswa. Moral merupakan
tonggak kehidupan. Dia bagaikan akar pohon yang harus kokoh untuk menopang
beban diatasnya.
Mahasiswa sebagai Moral Force, sudah sepatutnya gerakan moralitas
menjadi hal yang utama dilakukan untuk perbaikan bangsa. Kita akan menjadi
bangsa yang berjaya apabila bangsa kita memiliki nilai moral yang sangat
tinggi.
Agar lebih memperjelas fungsi mahasiswa, penulis mengutip perkataan Hasan
Al-Banna dalam Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin, “Sesungguhnya, sebuah
pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya,
ikhlas dalam berjuang di jalannya, semakin bersemangat dalam merealisasikannya,
dan kesiapan untuk beramal dan berkorban dalam mewujudkannya. Sepertinya
keempat rukun ini, yakni iman, ikhlas, semangat, dana amal merupakan karekter
yang melekat pada diri pemuda, karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah
nurani yang menyala, dasar keikhlasan adalah hati yang bertaqwa, dasar semangat
adalah perasaan yang menggelora, dan dasar amal adalah kemauan yang kuat. Itu
semua tidak terdapat kecuali pada diri para pemuda.”
Setidaknya kita dapat melihat karakter khas pemuda (mahasiswa) yang ditafsirkan
oleh Hasan Al-Banna. Karakter itu diwujudkan melalui rukun yang harus
dilaksnakan yaitu; keimanan yang kokoh, keikhlasan dalam hati, semangat yang
tak pernah padam, dan realisasi dalam amal. Keempat rukun tersebut dapat
menjadi modal dalam menjalan fungsi mahasiswa. Karena pada hakikatnya, keutamaan
dan kekuatan karakter adalah perpaduan intelektual, emosional dan spiritual.
Pergerakan Mahasiswa Masa Kini
Pergerakan mahasiswa sejatinya merupakan upaya perbaikan bangsa agar
terciptanya idealisme dan tata masyarakat yang lebih baik. Sejak dulu,
pergerakan mahasiswa selalu berbenturan dengan kekuasaan otoritarian bertangan
besi. Situasi yang sangat represif menyebabkan tekanan yang sangat besar bagi
pergerakan mahasiswa saat itu. Tidak mengherankan, kader-kader militan
bermunculan ketika itu.
Bagaimanakah potret pergerakan mahasiswa saat ini? Apakah idealisme dan
semangat itu masih ada? Sejak runtuhnya orde baru, Indonesia memasuki masa
demokrasi yang cenderung liberal. Ketika kekuasaan ototritarian itu tidak ada,
pergerakan mahasiswa memiliki kesempatan untuk melebarkan sayap seluas-luasnya.
Namun, benarkah liberalisasi demokrasi menjadikan pergerakan mahasiswa semakin
meluas?
Ternyata, menurut anggapan penulis, liberalisasi membuta pergerakan mahasiswa
melemah. Apalagi globalisasi membuka peluang besar bagi penyakit hedonisme
mewabah dikalangan pemuda. Mereka dibuat lupa dan terperangkap dalam penjara
kenikmatan sesaat. Semua hal tentang fungsi mahasiswa dilupakan dan hilang
sikap kritis dan idealismenya. Pergerakan mahasiswa kini hanya dilakukan dengan
sadar oleh sebagian kecil dari mahasiswa. Mereka yang memiliki kesadaran,
terbangun dan tergerak bahwa sesungguhnya musuh bangsa saat ini adalah penjajah
pemikiran yang merubah tata nilai. Apakah kita sadar bahwa ideologi pancasila
kini tidak menjadi pola pikir masyarakat? Kenyataannya adalah ideologi
pancasila semakin bergeser. Bukan lagi demokrasi pancasila melainkan sebagian
besar demokrasi liberal yang semakin berkembang.
Atas dasar masalah inilah pergerakan mahasiswa harus semakin dimasifkan. Hal
ini semata-mata dilakukan untuk menyadarkan mahasiswa akan fungsinya dalam
masyarakat. Bangsa ini membutuhkan kader pemuda yang menjadi batu-bata
peradaban. Sebuah generasi perubah untuk bangsa Indonesia yang lebih bermoral
dan sejahtera. Memunculkan negarawan berkarakter yang siap membela tanah air.
Untuk menutup tulisan singkat ini, penulis mengutip pesan Hasan Al-Banna kepada
para pemuda, “Sesungguhnya banyak kewajiban kalian, besar tanggung jawab
kalian, semakin berlipat hak-hak umat yang harus kalian tunaikan, dan semakin
berat amanat yang terpikul di pundak kalian. Kalian harus berpikir panjang,
banyak beramal, bijak dalam menentukan sikap, maju untuk menjadi penyelamat,
dan hendaklah kalian mampu menunaikan hak-hak umat ini dengan sempurna.”
0 komentar:
Posting Komentar