Recent Reader

Kamis, 14 Februari 2013

gesernya idealisme di kalangan mahasiswa



BERGESERNYA IDEALISME MAHASISWA
OLEH: EDUARDUS F.LEBE

1. Apa itu idealisme?
Ø  Menurut Kamus besar bahasa indonesia
1.      Aliran ilmu filsafat yang menganggap pikiran atau cita-cita sebagai satu-satunya hal yang benar yang dapat dicamkan dan dipahami.
2.      Hidup atau berusaha hidup menurut cita-citanya, menurut patokan yang dianggap sempurna.
3.      Aliran yang mementingkan khayal atau fantasi untuk menunjukkan keindahan dan kesempurnaan meskipun tidak sesuai dengan kenyataannya.
Ø  Dari pengertian tersebut terdapat tiga hal penting mengenai idealisme:
1.      Aliran
2.      Cita-cita
3.      Patokan/konsep
4.      Khayal/fantasi
5.      Kesempurnaan
 Menurut saya idealisme itu adalah suatu pemikiran, ide, logika manusia yang jujur (murni) yang menuju kearah ideal atau seperti seharusnya. Jadi apakah salah menjadi idealis ?. Katanya idealisme selalu bertentangan dengan realita, menurut saya tidak, karena dengan realita akan tercipta suatu idealisme atau sebaliknya, jadi idealisme dan realita merupakan sahabat yang saling membangun. Mungkin idealisme itu bertentangan dengan realita para koruptor, karena dengan segala kemudahan dan materi yang diinginkan para koruptor, mereka tidak menyetujui pemikiran yang idealis yang dapat merugikan mereka.

Idealisme dapat juga mengarah kenasionalisme, jika seorang idealis menginginkan negara dan bangsanya bersatu dan maju menjadi bangsa yang ideal. Para pahlawan kemerdekaan Indonesia merupakan sosok yang idealis, mereka dengan tegas  menantang  para penjajah, tidak mau disuap dan berkompromi dengan para penjajah yang sampai sekarang masih menjajah Indonesia secara tidak langsung melalui pengerukan dan pemanfaatan kekayaan alam Indonesia. Idealisme juga selalu diserukan mahasiswa saat berorasi. Sebagai agent of change dan social control, mahasiswa memerlukan idealisme untuk melaksanakan peranannya itu. Di dalam dunia akademis pun idealisme itu sangat penting untuk mempertahankan keilmiahan suatu penelitian, menciptakan kreatifitas dari pemikiran, ide, dan logika kita yang akan menuju ke arah ideal. Gaya atau jalan seorang idealis tidak harus keliatan “baik” atau “sempurna” walaupun arah dan tujuannya menuju kesempurnaan.

Idealisme juga dapat mengarah ke spiritual, sebagai orang yang beriman dan ber”agama” sifat yang idealis sangat diperlukan agar tidak salah menafsirkan makna dari agama itu sebenarnya. Jika seseorang menganggap agamanya yang paling benar, fanatik, sampai menyakiti orang lain atas nama agama, dy bukanlah seorang idealis beragama. Ada yang beragama hanya takut neraka, makanya mereka berlomba2 mendapatkan surga, tidak memperdulikan orang lain “Egoistis agamais”. Berebut, saling dorong, terinjak-injak untuk mendapatkan surga dengan cara sembahyang berebutan, hah ? bullshit. Mungkin seorang idealis diatas seorang agamais dan diatas keduanya adalah seorang spiritualis.

Pengertian dan makna Idealisme memang luas. Idealisme itu sangat penting selama dijalankan dengan tidak egois dan arogan. Idealisme sebenarnya memang terdapat di berbagai aspek kehidupan, karena memang pengertian idealisme adalah suatu pemikiran, ide, dan logika yang menuju ke arah ideal. Siapa yang tidak ingin ideal ? kehidupan yang lebih baik ? jika idealisme mati maka kehidupan pun pasti mati.

2. Siapakah Mahasiswa?
Mahasiswa dengan sederet titel sosial mulai dari agent of change, agent of social control. Bahkan, menurut sebagian besar masyarakat menyebut mahasiswa adalah orang yang serba bisa, serba tahu berbagai persoalan yang muncul dalam masyarakat. Hal ini menjadikan mahasiswa sebagai kaum elit dan terhormat dibanding dengan kaum muda lainnya.
Namun, sederet titel dan penghargaan terhadap mahasiswa teryata tidak semuanya berbuah manis serta sesuai dengan harapan. Maraknya pemberitaan di media massa baik melalui media cetak maupun elektronik menunjukkan betapa ironisnya prilaku mahasiswa akhir-akhir ini.
Di beberapa kampus (baik negeri maupun swasta , kampus besar maupun kecil) di Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke banyak sekali terjadi tawuran antar mahasiswa. Berbagai macam alasan para mahasiswa melakukan aksi seperti ini mulai dari kebijakan pemerintah yang kurang representatif, kebijakan kampus yang kurang populis bagi mahasiswa, dan yang paling parah tawuran ini bermula dari dari konflik personal (berebut cewek, saling ejek, bahkan berebut bola) yang kemudian dibawa ke dalam konflik kelompok.
Mahasiswa merupakan generasi bangsa yang mempunyai tingkat intelektualitas tinggi dimana budaya ilmiah selalu menjadi alternatif dalam pemecahan masalah. Menurut berbagai sumber, mahasiswa dibagi beberapa tipe yang mewakili kepribadian manusia.
Mahasiswa bisa dibagi kedalam 4 tipe:
Tipe pertama, mahasiswa Akademis (mahasiswa yang berorientasi pada akademis). Tipe kedua, mahasiswa Romantis (mahasiswa yang selalu tampil nyentrik demi menggaet lawan jenis). Tipe ketiga, Hedonis (mahasiswa yang suka senag-senang atau hedon). Tipe keempat, mahasiswa Organisatoris (mahasiswa yang selalu sibuk dengan dunia organisasi ).
Nah, dari tipe-tipe tersebut, kamu termasuk kategori yang mana?
Sejarah juga mencatat bahwa mahasiswa mempunyai peranan penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Mahasiswa membawa perubahan banyak terhadap bangsa ini.
Runtuhnya rezim Sukarno yang totaliter serta mengagungkan dirinya sebagai presiden seumur hidup tidak lain karena idealisme mahasiswa. Sama halnya pada rezim Suharto yang otoriter juga runtuh oleh gerakan mahasiswa. Ini menunjukkan bahwa mahasiswa merupakan generasi penting dalam suatu negara. Kalau pemudanya kuat maka negara akan kuat juga.
Di era reformasi saat ini (mungkin lebih tepatnya pasca reformasi), sudah sepatutnya dan selayaknya mahasiswa mempertahankan idealismenya. Ciri khas mahasiswa seharusnya adalah idealis rasionalis, karena setiap aktivitas dan gerakan mahasiswa selalu dilandasi oleh kekuatan moral ‘moral force‘, pemikiran yang matang, dan tidak berlandaskan kepentingan.
Akan tetapi, citra mahasiswa sekarang mulai tergeser akibat prilakunya sendiri. Masyarakat merasa bahwa mahasiswa adalah benalu yang sering membuat susah.Sebagai contoh, seringnya demo mahasiswa yang membuat macet jalan umum, dan ujung-ujungnya berakhir anarkis, mahasiswa tak jauh beda dengan preman pasar yang membuat gaduh dan menyengsarakan banyak orang.
Sedikit-sedikit kekerasan, sedikit-sedikit maen pukul. Dari sini, dimanakah yang dinamakan budaya idealis rasionalis tadi? Budaya intelektual, budaya calon guru, calon “pencerah” kehidupan masyarakat.
Bisa dibayangkan apabila calon “pencerahnya” seperti ini bagaimana generasi dibawahnya ?. Pasti akan lebih buruk dan kemungkinan bangsa ini akan berubah dari bangsa yang mempunyai budaya ramah, toleransi, menghargai orang lain menjadi bangsa yang kasar… bar-bar serta bahkan hanya budaya latah.
Dengan demikian, kita (mahasiswa) sudah seharusnya meneruskan perjuangan para pahlawan dan “founding father” yang bersusah payah membangun citra bangsa ini dengan rela berkorban baik jiwa, raga bahkan nyawa sehingga bangsa ini terbebas dari belenggu penjajahan.
Sekarang saatnya tugas kita untuk juga mau rela berkorban baik jiwa, raga bahkan nyawa sehingga bangsa ini bisa terus terbebas dari belenggu “penjajahan modern”.
3. Runtuhnya Idealisme Mahasiswa
Setelah Reformasi bergulir gerakan-gerakan kemasyrakatan bermunculan bak jamur di musim hujan dengan mengusung ideologinya masing-masing. Mungkin setelah rezim Soeharto yang menginginkan masyarakat utopis, sehingga di masyarakat ada yang berbau SARA akan dibabat habis oleh rezim orde baru ini. setelah mendapatkan kebebasan yang luar biasa di era reformasi ormas yang dulu mungkin masih bersifat under ground mulai muncul terang-terangan. Ironisnya pemerintah sekarang tidak kritis dalam melihat realita di masyarakat, terasa membiarkan gerakan-gerakan separatis itu. Yang kita takutkan ialah gerakan-gerakan itu bertentangan dengan ideologi kebangsaan kita, seperti yang diberitakan di media yaitu gerakan Negara Islam Indonesia.
Organisasi manapun perlu perlu restrukturisasi atau kaderisasi untuk kelangsungan hidup dan aktivitas gerakan tersebut, maka rekuitmen anggota baru mutlak dilakukan. Sebagaimana yang kita ketahui berita yang menjadi hot issue beberapa minggu kemarin tentang gerakan NII yang merekrut para mahasiswa, kemudian dibrainwash untuk dijadikan kader mereka. Ada fenomena yang mengherankan, kenapa banyak mahasiswa yang tertarik masuk kaderisasi NII, yang konon NII berpendapat tidak mengakui kenegaraan Indonesia, karena mereka menganggap Indonesia masih darul kufr (wilayah kafir) dan ada perbadaan pemahaman agama (Islam) NII dengan masyarakat umum. Ada hal-hal aneh disitu, tapi kenapa banyak mahasiswa tidak mempertanyakan atau mencurigainya. padahal Ciri khas yang melekat pada mahasiswa selain idealismenya, juga nalar kritis.
Kita lihat ada shifting dalam kehidupan mahasiswa luas, dahulu mahaiswa tidak menemukan realitas seperti mahasiswa kini seperti, sistem pendidikan kampus berbeda dengan dulu, perkembangan teknologi dan informasi, atau kehidupan yang hedonisme mahasiswa, yang menentukan watak mahasiswa sekarang. Didukung keadaan bangsa kontemporer di tengah pusaran pluralisme ideologi, tantangan yang besar bagi mahasiswa dapatkah mahasiswa menjadi jalan alternatif di era modern ini atau masuk dalam pusaran air kehidupan modern.  Mahasiswa kini lebih mementingkan tuntutan kehidupan dari pada suatu idealisme.
Selain itu, kalayak mahasiswa dalam hal pemahaman keagamaan, lebih cenderung memahami legal formal saja, padahal dalam teks keagamaan terkandung spirit atau pesan universal dari suatu ajaran, maka yang disenangi ialah ilmu-ilmu praktis bukan ilmu-ilmu alat dalam ilmu agama. Memahami hal-hal yang legal formal akan terjebak pada kekauan dalam pengimplementasikan ajaran di seiap waktu dan tempat dan sulit untuk menalar kritis asal muasal penafsiran seorang atau suatu kelompok.
Terakhir harapan kita ialah kerjasama semua elemen masyarakat, terutama pemerintah dan keluarga, pemerintah dengan kebijakannya mengawasi gerakan-gerakan yang mengancam nilai-nilai kebangsaan. Adapun keluarga adalah struktur di masyarakat yang paling dekat dengan kita semua, seandainya keluarga bisa mengontrol semua individu anggota keluarga, hal itu merupakan langkah preventif pertama dalam menanggulangi gerakan tersebut.

4.     Ada apa dengan pergerakan mahasiswa masa kini?

Secara maknawi, pergerakan dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang memberikan dampak perubahan. Pergerakan sejatinya mendarah daging dalam tubuh pemuda khususnya mahasiswa. Sebagai kaum intelektual, mahasiswa dituntut untuk berpikir kritis dan tanggap terhadap segala masalah yang berada disekitarnya. Karena itu, tidak mengherankan bahwa hanya mahasiswa yang memiliki fungsi agent of change, moral force, social control, dan iron stock. Sejarah telah membuktikan bahwa pergerakan mahasiswa telah memberikan banyak perubahan bagi wajah bangsa ini.
            Namun bagaimanakah kita mempersepsikan pergerakan mahasiswa itu sendiri? Apakah dia bersifat stagnan dan hanya bermodalkan keberanian seorang mahasiswa saja? Lalu bagaimana hubungan gerakan mahasiswa dengan fungsi mahasiswa itu sendiri? Sebelum melihat potret pergerakan mahasiswa saat ini, perlu kita melihat hakikat dari fungsi mahasiswa.

Mahasiswa Sebagai Agent of Change (Agen Perubahan)
            Indonesia sejak tahun 1908 sampai dengan 1998, fungsi agent of change oleh mahasiswa memiliki dampak yang luar biasa. Tahun 1908 kita kenal sebagai tahun kelahiran Budi Utomo dan disusul dengan beberapa kejadian seperti pergerakan nasional dan soempah pemoeda ditahun-tahun berikutnya. Kemudian runtuhnya tirani orde baru juga sebagai akibat dari pergerakan mahasiswa.
            Sesungguhnya, fungsi agent of change adalah kontribusi bagi perubahan menuju arah yang lebih baik lagi. Sehingga maknanya menjadi sangat luas. Kontribusi bagi perubahan dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan passion masing-masing. Dari sinilah potensi dapat dimaksimalkan. Setiap potensi yang dimiliki haruslah digunakan sesuai dengan koridor fungsi mahasiswa itu sendiri.

Mahasiswa Sebagai Iron Stock
            Mahasiswa selain sebagai kaum intelektual, juga sebagai bagian dari masyarakat. Karena itulah, mahasiswa yang akan diberikan amanah sebagai pemimpin bangsa dimasa yang akan datang untuk menggantikan pemimpin yang lama. Fungsi iron stock berarti mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa yang memiliki mental layaknya baja. Dia memiliki keberanian untuk mengungkapkan idealismenya. Kekuatan idealisme, merupakan bagian dari keutamaan karakter. Sebuah karakter memiliki satu nilai yang sangat agung dan karakterlah yang memberikan warna tersendiri dalam diri mahasiswa.
            Pribadi yang berkarakter dapat dibangun dengan meningkatkan wawasan untuk menganut sebuah nilai dan memiliki kekuatan untuk mempertahankan nilai tersebut. Tentunya nilai-nilai yang diharapkan adalah nilai luhur yang berkarakter bangsa. Kita mempunyai satu nilai yang tak ternilai harganya yaitu pancasila. Dari sinilah, mahasiswa mengimplemetasikan nilai tersebut sebagai modal kepemimpinan masa depan.

Mahasiswa Sebagai Social Control
            Satu hal yang tidak boleh hilang dalam pribadi mahasiswa; yaitu sikap kritis dan tanggap terhadap permasalahan sosial di sekitarnya. Ketika ada satu kebijakan yang tidak sesuai dengan nilai bangsa, mahasiswa melakukan fungsi kontrol sosial agar kebijakan tersebut kembali lagi pada koridor yang seharusnya.
            Sikap kritis dapat dibangun dengan meningkatkan kesadaran melalui wawasan dan penanaman nilai. Dia tidak dapat dibangun begitu saja, melainkan membutuhkan waktu yang cukup panjang dan berimplikasi pada persoalan karakter yang melekat dalam diri mahasiswa. Dia harus dibangun secara perlahan-lahan seperti tetesan air yang melubangi batu dalam waktu yang lama.

Mahasiswa Sebagai Moral Force
            Sangat berbahaya jika penyakit hedonisme mewabah dalam diri mahasiswa. Dampaknya adalah hilangnya moral dan kepedulian mahasiswa. Kecintaan berlebih pada duniawi inilah yang menghilangkan moralitas mahasiswa. Moral merupakan tonggak kehidupan. Dia bagaikan akar pohon yang harus kokoh untuk menopang beban diatasnya.
            Mahasiswa sebagai Moral Force, sudah sepatutnya gerakan moralitas menjadi hal yang utama dilakukan untuk perbaikan bangsa. Kita akan menjadi bangsa yang berjaya apabila bangsa kita memiliki nilai moral yang sangat tinggi.

            Agar lebih memperjelas fungsi mahasiswa, penulis mengutip perkataan Hasan Al-Banna dalam Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin, “Sesungguhnya, sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalannya, semakin bersemangat dalam merealisasikannya, dan kesiapan untuk beramal dan berkorban dalam mewujudkannya. Sepertinya keempat rukun ini, yakni iman, ikhlas, semangat, dana amal merupakan karekter yang melekat pada diri pemuda, karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala, dasar keikhlasan adalah hati yang bertaqwa, dasar semangat adalah perasaan yang menggelora, dan dasar amal adalah kemauan yang kuat. Itu semua tidak terdapat kecuali pada diri para pemuda.”
            Setidaknya kita dapat melihat karakter khas pemuda (mahasiswa) yang ditafsirkan oleh Hasan Al-Banna. Karakter itu diwujudkan melalui rukun yang harus dilaksnakan yaitu; keimanan yang kokoh, keikhlasan dalam hati, semangat yang tak pernah padam, dan realisasi dalam amal. Keempat rukun tersebut dapat menjadi modal dalam menjalan fungsi mahasiswa. Karena pada hakikatnya, keutamaan dan kekuatan karakter adalah perpaduan intelektual, emosional dan spiritual.

Pergerakan Mahasiswa Masa Kini
            Pergerakan mahasiswa sejatinya merupakan upaya perbaikan bangsa agar terciptanya idealisme dan tata masyarakat yang lebih baik. Sejak dulu, pergerakan mahasiswa selalu berbenturan dengan kekuasaan otoritarian bertangan besi. Situasi yang sangat represif menyebabkan tekanan yang sangat besar bagi pergerakan mahasiswa saat itu. Tidak mengherankan, kader-kader militan bermunculan ketika itu.
            Bagaimanakah potret pergerakan mahasiswa saat ini? Apakah idealisme dan semangat itu masih ada? Sejak runtuhnya orde baru, Indonesia memasuki masa demokrasi yang cenderung liberal. Ketika kekuasaan ototritarian itu tidak ada, pergerakan mahasiswa memiliki kesempatan untuk melebarkan sayap seluas-luasnya. Namun, benarkah liberalisasi demokrasi menjadikan pergerakan mahasiswa semakin meluas?
            Ternyata, menurut anggapan penulis, liberalisasi membuta pergerakan mahasiswa melemah. Apalagi globalisasi membuka peluang besar bagi penyakit hedonisme mewabah dikalangan pemuda. Mereka dibuat lupa dan terperangkap dalam penjara kenikmatan sesaat. Semua hal tentang fungsi mahasiswa dilupakan dan hilang sikap kritis dan idealismenya. Pergerakan mahasiswa kini hanya dilakukan dengan sadar oleh sebagian kecil dari mahasiswa. Mereka yang memiliki kesadaran, terbangun dan tergerak bahwa sesungguhnya musuh bangsa saat ini adalah penjajah pemikiran yang merubah tata nilai. Apakah kita sadar bahwa ideologi pancasila kini tidak menjadi pola pikir masyarakat? Kenyataannya adalah ideologi pancasila semakin bergeser. Bukan lagi demokrasi pancasila melainkan sebagian besar demokrasi liberal yang semakin berkembang.
            Atas dasar masalah inilah pergerakan mahasiswa harus semakin dimasifkan. Hal ini semata-mata dilakukan untuk menyadarkan mahasiswa akan fungsinya dalam masyarakat. Bangsa ini membutuhkan kader pemuda yang menjadi batu-bata peradaban. Sebuah generasi perubah untuk bangsa Indonesia yang lebih bermoral dan sejahtera. Memunculkan negarawan berkarakter yang siap membela tanah air.
            Untuk menutup tulisan singkat ini, penulis mengutip pesan Hasan Al-Banna kepada para pemuda, “Sesungguhnya banyak kewajiban kalian, besar tanggung jawab kalian, semakin berlipat hak-hak umat yang harus kalian tunaikan, dan semakin berat amanat yang terpikul di pundak kalian. Kalian harus berpikir panjang, banyak beramal, bijak dalam menentukan sikap, maju untuk menjadi penyelamat, dan hendaklah kalian mampu menunaikan hak-hak umat ini dengan sempurna.


0 komentar:

Posting Komentar