BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang.
Kaum kaum adalah penerus sekaligus
pejuang bangsa di masa yang akan datang. Kaum muda yang penuh dengan idealisme
yang matang menjadi harapan yang harus dijunjung sekaligus mendapatkan
apresiasi yang tinggi dari masyarakat. Menjadi persoalannya ketika kaum muda
yang kita bangga-banggan tersebut adalah menjadi salah satu persoalan bangsa ini kedepan. Kaum
muda menjadi salah satu tantangan bagi bangsa dan negara dalam dekade
akhir-akhir ini. Hal ini bukan berarti kaum muda menjadi rival masyarakat yang
harus dimusnakan. Kaum muda adalah sahabat yang perluh ditolong untuk mengatasi
persoalan persoalan yang sedang dihadapinya. Tantangan dalam konteks kaum muda
adalah persoalan-persoalan yang sedang digeluti oleh kaum muda yang memiliki
dampak terhadap mobilisasi masyarakat
luas.
Perilaku dan tindakan kaum muda yang
sifatnya destruktif sering kali meresahkan berbagai elemen masyarakat. Kasus-kasus
yang menimpah kaum muda seperti minum minuman keras, seks bebas, narkoba merupakan
sederetan kasus yang berimplikasi terhadap dekadensi moral kaum muda. Bila
keadaan demikian, apa yang kita harapkan dari
kaum muda? Maka dari itu, penulis mengakat tulisan ini untuk mengkaji
beberapa masalah yang dihadapi oleh kaum muda serta kebenaran aliran empirisme
dalam kaitanya dengan dekadensi moral kaum muda tersebut. Penulis berkeyakinan bahwa aliran empirisme memiliki kebenaran dari
prespektif negatif dalam kaitan dengan dekadensi kaum muda. Karena itu, penulis
mengangkat tulisan dengan judul “Kebenaran Aliran Empirisme dalam Relevansinya
dengan Dekadensi Moral Kaum Muda”.
1.2.Tujuan Penulisan
1.2.1.Tujuan Umum
Ø Agar
pembaca mengetahuai beberapa kasus yang sedang dialami oleh kaum muda sekarang
serta kaitanya dengan dekadensi moral kaun muda.
Ø Agar
pembaca memahami secara garis besar aliran empirisme dalam dunia pendidikan
klasik serta kaitanya dengan kasus-kasus yang dihadapi oleh kaum muda.
Ø Agar
pembaca memahami betapa pentingnya aliran empirisme dalam mempengaruhi
moralitas kaum muda.
1.2.2.
Tujuan Khusus.
Tujuan khusus dari tulisan ini adalah
untuk memenuhi tanggung jawab penulis dalam menyelesaikan tugas ujian tengah
semester mata kuliah Landasan Pendidikan.
1.3. Rumusana Masalah
Ø Apa
yang dimaksudkan dengan aliran empirisme dalam aliran pendidikan?
Ø Kasus-kasus
apa saja yang sedang dialami oleh kaum muda sekarang?
Ø Apa
hubungan aliran empirisme dengan dekadensi moral kaum muda?
1.4.
Sistematika Penulisan
Sistematika
penulisan terdiri tiga bagian, yaitu:
BAB I: PENDAHULUAN, yang terdiri dari
beberapa sub pokok, yaitu: latar belakang penulisa, tujuan penulisan, rumusan
masalah dan sistematika penulisan.
BAB II: PEMBAHASAN, yang terdiri dari bebrapa sub
pokok, yaitu: aliran emprisme selayang pandang, kasus-kasus yang dihadapi oleh
kaum muda, Kebenaran Aliran Empirisme dalam Relevansinya dengan Dekadensi Moral
Kaum Muda.
BAB: III PENUTUP, yang berisikan
kesimpulan dari tulisan ini dan saran dari penulis bagi segenap pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Aliran Empirisme Selayang
Pandang.
Aliran Empirisme bertolak dari Lockean
Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia,
dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan
pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diperoleh anak dalam kehidupan
sehari-hari di dapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan.
Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa
dalam bentuk program pendidikan. Tokoh perintis pandangan ini adalah seorang
filsuf Inggris bernama John Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “Tabula
Rasa”, yakni anak lahir di dunia bagaikan kertas putih yang bersih. Pengalaman
empiric yang diperoleh dari lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan
perkembangan anak.
Aliran empirisme dipandang berat sebelah, sebab hanya mementingkan
peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar
yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan, menurut kenyataan dalam
kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena berbakat, meskipun
lingkungan sekitarnya tidak mendukung.
Kebalikan dari aliran nativisme adalah aliran empirisme (empiricisim) dengan tokoh utama John Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah “The School of British Empircism” (aliran empirisme inggris). Namun, aliran lebih berpengaruh terhadap para pemikir Amerika Serikat, sehingga melahirkan sebuah aliran filsafat bernama “environmentalisme” (aliran lingkungan) dan psikologi bernama “environmental psychology” (psikologi lingkungan) yang relatif masih baru (Rober, 1988).
Kebalikan dari aliran nativisme adalah aliran empirisme (empiricisim) dengan tokoh utama John Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah “The School of British Empircism” (aliran empirisme inggris). Namun, aliran lebih berpengaruh terhadap para pemikir Amerika Serikat, sehingga melahirkan sebuah aliran filsafat bernama “environmentalisme” (aliran lingkungan) dan psikologi bernama “environmental psychology” (psikologi lingkungan) yang relatif masih baru (Rober, 1988).
Doktrin aliran empirisme yang amat mashyur adalah “tabula rasa”,
sebuah istilah bahasa latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong
(blank slate/blank tablet). Doktrin
tabula rasa menekankan arti penting pengalaman, lingkungan, dan pendidikan
dalam arti perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan
pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap
tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini para penganut empirisme (bukan empirisme)
menganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa, dalam keadaan kosong, tak
punya kemampuan dan bakat apa-apa. Hendak menjadi apa seorang anak kelak
bergantung pada pengalaman/lingkungan yang mendidiknya.
Jika seorang siswa memperoleh kesempatan yang memadai untuk
mempelajari ilmu politik, tentu kelak ia akan menjadi seorang politisi. Karena
ia memiliki pengalaman belajar di bidang politik, ia tak akan pernah menjadi
pemusik, walaupun orang tuanya pemusik sejati.
Kelemahan aliran ini adalah hanya mementingkan pengalaman, sedangkan kemampuan dasar yang di bawa anak sejak lahir, di kesampingkan. Padahal ada anak yang berbakat dan berhasil meskipun lungkungan tidak terlalu mendukung.
Kelemahan aliran ini adalah hanya mementingkan pengalaman, sedangkan kemampuan dasar yang di bawa anak sejak lahir, di kesampingkan. Padahal ada anak yang berbakat dan berhasil meskipun lungkungan tidak terlalu mendukung.
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh
faktor lingkungan atau pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil.
Manusia dapat dididik menjadi apa saja (kearah
yang baik atau kearah yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau
pendidik-pendidiknya. Dengan demikian pendidikan diyakini sebagai sebagai maha
kuasa bagi pembentukan anak didik. Karena pendapatnya yang demikian, maka dalam
ilmu pendidikan disebut juga Aliran Optimisme Paedagogis. Tokoh aliran ini
yaitu John Locke.
2.2.Macam-Macam Kasus Kaum Muda
yang Menyebabkan Terjadinya Dekadensi Moral.
Dalam
kaitannya dengan moral kaum muda, penulis mengangkat beberapa persoalan yang
dihadapi oleh kaum muda sekarang ini. Persoalan-persoalan itulah yang
menyebabkan terpuruknya moral kaum muda tersebut. Setidaknya ada tiga kasus yang
diangkat dalam kaitannya dengan dunia kaum muda.
2.2.1. Kasus Narkoba.
Setidaknya ada tiga tantangan besar
yang dihadapi oleh bangsa ini, yaitu: korupsi, terorisme, dan narkoba. Narkoba
menjadi salah tantangan terbesar karena dapat merusak generasi penerus (kaum
muda). Narkoba menjadi musuh kita bersama. Kasus narkoba seringkali dikaitkan
dengan keberadaan kaum muda zaman sekarang. Hal ini perlu diakui oleh kita, bahwa dari sekian
banyak kasus narkoba yang paling banyak adalah menimpa kaum muda. Anak muda
adalah korban sekaligus pelaku dalam kaitannya dengan kasus narkoba. Secara
radikal kita dapat mengambil kesimpulan bahwa narkoba dan kaum muda “berteman”
yang mana satu dengan yang lain saling mempengaruhi.
Berkaitan dengan kasus narkoba, ada
beberapa elemen masyarakat yang secara suka rela ingin memberantas kasus
tersebut. Seruan anti narkoba di mana-mana terjadi, baik itu melalui slogan maupun
sejenisnya, sebagai bentuk keprihatinannya terhadap kasus narkoba ini. Setidakanya
ada organisasi yang mengatasnamai sebagai pemberantas narkoba seperti GARANK,
hal ini menunjukan betapa seriusnya bangsa ini dalam menghadapi maraknya kasus
narkoba. Tentu dalam hati kita bertanya-tanya ada apa dengan kaum muda di negri
ini? Apa yang salah pada mereka? Apakah memang bangsa kita sudah ditakdirkan untuk
menjadi pemakai narkoba? Atau secara ektrim kita bertanya apakah memang kaum
muda sudah memiliki bakat sejak lahir untuk mengosumsi narkoba? Pertanyaan demi
pertanyan yang muncul dari dalam diri kita tetapi apakah kita juga pernah
berpikir dan mencari penyebab serta solusi untuk melepaskan jeratan kaum muda
dari kasus tersebut?.
Kaum muda menjadi obyek sekaligus
subyek dalam kasus narkoba serta memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Hal
ini sunggu terpukul manakala disaat ini kaum muda sedang mencari jati diri yang
sesungguhnya untuk menyonsong masa depan. Ketika dalam mencari jati dirinya
tersebut kaum muda dirundung masalah, maka habislah bangsa ini. Apa lagi yang
mau diharapkan dari kaum muda bila terjerat dalam kasus narkoba.
2.2.2.Kasus Sex Bebas (free sex).
Kasus yang sering terjadi pada diri
kaum muda adalah hamil diluar nika. Hal ini mengindikasikan bahwa kasus seks
bebas (free sex) sudah marak terjadi
dikalangan kaum muda. Ada begitu banyak kaum muda yang putus sekolah atau pun
putus kulia karena hamil diluar nika. Masalah ini akan menggangu dan menghambat
masa depan kaum muda itu sendiri. Sebagai wanita yang hamil di luar nika, pasti
akan menanggung beban ekonomi maupun beban psikologi. Dari sisi ekonomi ia
harus mengeluarkan uang yang secukupnnya untuk merawat janin yang dikandungnya,
sedangkan dari segi psikologi ia harus menahan malu sebab ada ejekan yang
datang dari orang-orang terdekatnya atau pun tetangganya. Sebagai kaum pria
juga sama beratnya jika ternyata kehamilan pada seorang wanita adalah akibat
ulahnya. Beban moral dan sosial pun harus ditanggung oleh kedua insane yang
terjerumus dalam kasus seks bebas tersebut.
Sex babas (free sex) adalah masalah terbesar yang sering kali dihadapi oleh
kaum muda sekarang ini. Tentu kita masih ingat dengan istilah “kumpul kebo”,
yang mana istilah ini ditujukan kepada orang-orang yang sering kali melakukan
hubungan sex di luar nika. Sex bebas (free
sex) adalah kasus sosial yang sudah semestinya ditanggapi secara serius
oleh semua elemen masyrakat tanpa ada pengecualian. Sadar atau tidak sadar sex
bebas (free sex) bukan hanya terjadi
pada kaum muda saja, tetapi anak-anak yang semestinya belum mengenal hal itu
pun terlibat di dalamnya. Sungguh ironis bangsa ini, ketika kasus-kasus seperti
ini mermbat dari akar rumput maka mau dibawa kemana bangsa ini. Secara
sempintas kasus sex bebas hanya terjadi pada kaum remaja tetapi apa bila ditela’a
secara mendalam maka bangsa ini akan dikejutkan dengan berbagai fenomena yang
semestinya tidak terjadi pada anak-anak.
Peredaran video porno yang tak
terbendungi lagi menjadi dalang salah satu penyebab terjadinya sex bebas (free sex) tersebut. Dengan berbagai
media elektronik yang begitu canggih telah mempermudah setiap orang termasuk
anak-anak untuk mengakses video porno atau gambar porno. Bila hal ini terjadi
secara terus menerus maka malapetaka akan menghampiri negri ini. Sehingga
pertanyaan untuk kita renungkan apa yang terjadi dengan bangsa ini ke depan
bila keadadan sepert ini?
2.2.3. Kasus Minum Minuman Keras
dan Tawuran.
Anak muda sering kali terlibat
tawuran di jalan dan membuat keonaran di tempat-tempat umum. Sengaja penulis
menjadikan kasus minum minuman keras dan tawuran dalam satu sub karena kedua
kasus ini saling berhubungan secara langsung. Kaum muda yang terlibat dalam
minum minuman keras (alcohol) secara
tidak sadar akan terlibat percecokan di antara mereka. Sehingga sering kali
berunjuk pada tawuran di jalan raya bahkan sampai pada klimaks sebuah kasus
yaitu pembunuhan. Hal inilah yang mencemaskan masyarakat disekitanya, sebab
sering kali korban dari tawuran tersebut adalah masyarakat yang tidak bersalah.
Baru-baru ini bangsa kita dikejutkan
dengan peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh kaum preman. Kalau ditelusuri
lebih jauh premanisme sebagian besarnya adalah kaum muda. Keadan ekonomis
adalah salah satu faktor terbesar yang membuat kaum muda terjun ke dalam dunia
premanisme. Bahkan kasus premanisme menjadi topic hangat dalam setiap diskusi
dilayar tv. Hal ini menunjukan bahwa kasus ini sudah mengganggu elektabilitas
bangsa ini dan lebih lagi membuat masyarakat resah. Keresahan masyarakat bukan
tanpa sebab, karena korban akibat dari tawuran tersebut bukan hanya yang
terlibat tetapi juga orang-orang yang tidak bersalah.
Dalam keadaan mabuk sesorang tidak
akan mengenal baik dan buruk. Keadaan mabuk sering kali awal dari terjadinya
tawuran. Lagi-lagi dalam kasus ini kaum muda tidak luput dari jeratannya. Kaum
muda yang sering kali berkumpul bersama awal munculnya kasus ini. Minum minuman
keras menjadi bagian dari hidup kaum muda dalam satu ikatan persahabat mereka. Sebagai
ikatan persahabatan mereka, minum minuman keras adalah media yang paling tepat
menurut mereka untuk mengikat persahabat tersebut. Sehingga setiap kali terjadi
kasus tawuran sering memakan korban jiwa. Perlu diingat pula, bahwa implikasi
dari minum minuman keras tersebut menyebabkan kasus lain seperti perampokan
bahkan pembunuhan berencana.
2.3. Kebenaran Aliran Empirisme
dalam Kaitannya dengan Dekadensi Moral Kaum Muda.
Dekadensi moral kaum muda dipertontonkan
dengan berbagai kasus yang sering kali dihadapi oleh kaum muda itu sendiri.
Kenakalan kaum muda terjadi karena faktor luar diri (ekternal) yang tidak seimbang sehingga mempengaruhi mentalitas kaum
muda. Tak dapat dielakan bahwa faktor lingkungan serta pengalaman yang didapat kaum muda menjadi penyebab terjadinya
kasus-kasus tersebut. Kasus dalam domain kaum muda sangat mudah terdeteksi dari
seberapa jauh pergaulannya serta pengalaman hidupnya yang mana hal itu
mempengaruhi kepribadian kaum muda. Dari beberapa kasus yang diangkat menjadi
indikator bagi penulis untuk menentukan relavansinya dengan aliran empirisme
dari sudut pandang negatif.
Aliran empirsme berkeyakinan bahwa
sikap dan perilaku sesorang dipengaruhi oleh lingkungan serta pengalaman yang
dialaminya. Penulis pun berkeyakinan pula bahwa dalam konteks dekadensi morala
kaum muda, lingkungan, pengalaman saling berkaitan dan memiliki hubungan yang
kuat. Secara sederhana, penulis menelah kenakalan kaum muda terjadi karena
faktor lingkungan dan pengalaman kaum muda yang tidak sesuai dengan norma dalam
masyarakat. Sadar atau tidak sadar kaum
muda masuk dalam kasus-kasus tersebut seolah-olah terhipnotis oleh keadaan
lingkungan serta pengalaman hidupnya yang memiliki nilai sensasi yang begitu
menggiurkan. Dalam keadaan ini kaum muda lupa diri dan tidak sadar dan tidak
mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Keadaan ini membuat kaum
muda menjadi tersandera dalam kasusnya dan sulit keluar dari keadaan tersebut.
Dari kasus-kasus tersebut penulis
mencoba mengkajinya serta menghubungkannya dengan paham empirisme. Adapun
beberapa kasus yang telah diangkat dan sekarang penulis mencoba mengkaitkannya
dengan aliran empirisme. Pertama, kasus
narkoba. Sudah dibahas secara garis besar bahwa narkoba adalah mega kasus yang
dihadapi oleh bangsa ini dan memiliki dampak sosial yang begitu tinggi.
Berkaitan dengan hal tersebut, penulis menegaskan bahwa kebenaran aliran
emprisme tidak perluh diragukan lagi bila dihadapkan dengan kasus narkoba. Seoarang
terjerumus dalam kasus narkoba karena faktor lingkungan serta pengalama yang
dialaminya (empiris). Seorang memakai narkoba karena lingkungan yang ditempatinya sebagian besar telah masuk
peredaran narkoba. Atau seorang memakai narkoba karena pengalamannya dengan
orang terdekatnya yang mungkin sudah pernah memakai narkoba sebelumnya. Keyakinan
ini didukung dengan melihat begitu banyaknya kaum muda, yang terjerumus dalam
kasus ini yang mana sebagian besar adalah orang-orang yang tinggal di lingkungan
kota yang sudah terkontaminasi akan transaksi narkoba. Atau ketika kaum muda
tinggal dikeluarga yang tidak harmonis (broken
home) sering kali cepat terjerumus dalam dunia narkoba. Sebab kalau
berbicara mengenai seseorang memakai narkoba berarti ada situasi atau
pengalaman baik itu yang dilihat maupun dirasakan oleh seseorang sehingga
mempengruhi perbuatannya tersebut (memakai narkoba).
Secara sederhana penulis menghubungkan
aliran empirisme dan kasus ini dengan argumen adalah bahwa seorang manusia
tidak dilahirkan dengan bakat untuk memakai narkoba. Tetapi lingkungan serta
pengalamannya tersebutlah yang mempeharuhi perbuatanya untuk memakai narkoba. Pengalaman
yang didapat bersama orang-orang terdekatnya akan mempengaruhi prilakunya
tersebut. Dari sudut pandang negatif aliran empirisme memiliki kebenaran mutlak
dalam mempengaruhi seseorang menjadi pemakai narkoba atau pun tidak.
Kedua,
Sex bebas (free sex). Manusia adalah
makhluk seksualitas. Artinya bahwa dalam kehidupannya manusia tidak terlepas
akan kebutuhan biologisnya yaitu sex. Seksualitas adalah anugerah Allah yang paling
mulia dan baik wanita maupun pria harus menghormatinya. Karena itu, sex bukanlah
barang mianan yang siapa saja dengan seenak boleh mempermainkanya. Maka dari
itu, sex bebas (free sex) adalah
salah satu bentuk penghinaan terhadap diri sendiri, sebab manusia hanya
melakukan hubungan sex dengan pasangan suami istri yang sah. Dengan kata lain, dengan
melakukan sex bebas (free sex)
berarti kita menjual diri sendiri dan secara sadar kita merendahkan martabat
kita.
Sex bebas (free sex) sangat dipengaruhi oleh lingkungan di mana kaum muda itu berada.
Jika pergaulan yang salah maka seseorang akan terjerumus dalam dunia hitam
tersebut. Ini berarti benar seperti paham emprisme yang mengatakan bahwa
perilaku manusia bisa ditentukan oleh lingkungan serta pengalaman yang
dialaminya. Seseorang akan masuk ke dalam dunia hitam tersebut karena
lingkungan serta apa yang didapatinya dari pengalaman hidup. Hal inilah yang
perlu diperhatikan oleh masyrakat dalam membentuk karakter kaum muda.
Ketiga,
minuman keras dan tawuran. Kasus ini juga yang sering kali meresahkan
masyrakat. Faktor lingkungan menjadi andil besar dalam proses munculnya kasus
ini. Seorang anak akan menjadi pemabuk apabila ia bergaul dengan orang yang
suka mabuk. Seorang tidak dilahirkan dengan bakat untuk menjadi pemabuk, karena
itu hal-hal yang mempengaruhi dirinya yang berasal dari luar sangat menentukan kasus
tersebut. Seseorang akan lebih muda terpengaruh bila melihat temannya ikut
dalam tawuran. Secara perlaha-lahan seorang masuk kedalam kasus tersebut karena
stimulus dari luar yang memaksakannya bergabung dalam wilayah terlarang
tersebut.
Sebagai sahabat, kaum muda akan
mudah terpengaru dengan ajakan temannya. Dalam konteks inilah kaum muda sering
kali terhipnotis dengan tawaran-tawaran yang sifatnya hanya sensasi belaka. Tindakan
Kriminal pun pasti akan terjadi demi terwujudnya keinginan tersebut. Karena itu
penulis berkeyakinan bahwa kebenaran aliran dalam kaitannya dengan dekadensi
moral kaum muda tidak perlu diragukan lagi.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan.
Aliran empirisme adalah paham dalam
dunia pendidikan yang mana kepribadian serta perilaku anak dipengaruhi oleh
faktor eksternal. Artinya bahwa dalam proses perkembangan manusia yang paling
berperan penting dalam membentuk karakter seorang manusia adalah lingkungan
ataupun pengalaman yang didapatnya dari hasil pergaulannya maupun apa yang
diamatinya. Aliaran ini berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan ibarat kertas
putih polos yang mana suatu saat akan diberi tinta baik berwana merah, biru,
hitam atau pun kuning sangat bergantung pada siapa yang akan memberikan tinta
tersebut. Hal ini berarti bahwa kepribadian dan karakter seorang manusia sangat
bergantung pada siapa yang mendidik dan dimana tempat individu tersebut berada.
Dekadensi mioral kaum muda
dipengaruhi oleh tindakan kaum muda yang sering kali meresahkan masyarakat. Kasus-kasus
seperti narkoba, seks bebas, minum minuman keras dan tawuran telah mencoreng
wajah kaum muda. Sederetan kasus ini menimbukan pesimisme masyarakat terhadap
kaum muda yang akan menerima tugas sebagai penerus bangsa. Bila kondisi seperti
ini, maka sia-sia sudah harapan masyarakat kepada kaum muda yang penuh
idealisme untuk membangun bangsa ini kedepan.
Dari uraian tersebut, penulis
melakukan generalisasi antara hubungan
aliran empirisme dengan dekadensi moral kaum muda. Kasus-kasus yang dihadapi
oleh kaum muda sekarang ini dipengaruhi oleh lingkungan dan tempat tinggal
dimana invidu tertentu berada. Kalau kita meneropong lebih jauh lagi bahwa
aliran empirisme menitik beratkan perkembangan kepribadian seseorang dipengaruhi
oleh lingkungan. Ditelusuri dari sudut pandang negatif bahwa jelas dekadensi
kaum muda dipengaruhi oleh lingkungan. sehingga menurut penulis aliran
empirisme memiliki kebenaran dalam kaitannya dengan penyebab dekadensi moral
kaum muda.
3.2. Saran.
Sebagai kaum muda sekaligus kaum
akademis sudah semestinya kita sadar akan eksistensi kita dalam menata bangsa
ini kedepan. Kita kaum muda adalah pioner pembangunan bangsa ini. karena itu
kita harus peka terhadap persoalan yang dihadapi oleh kaum muda sekarang ini. Persoalan
yang dihadapi oleh kaum muda sekarang adalah persoalan yang begitu komplek,
seperti kasus narkoba yang juga tergolong dalam kejahatan luar biasa. Karena
itu dalam mengatasi kasus narkoba tersebut harus dengan cara yangluar biasa
pula.
Untuk mengatasi persoalan ini,
masyarakat harus menciptakan lingkungan yang kondusif untuk tempat perkembangan
individu terutama kaum muda. Kaum muda juga harus diberi kesempatan yang sama
dalam berorganisasi. Hal ini sangat mempengaruhi pengalaman dalam perkembangan
kepribadiannya. Sebab, apa bila yang didapatnya bersifat konstruktif maka akan
berdampak baik pada perkembangan kepribadiannya begitu pun sebaliknya kalau
pengalaman yang didapatnya bersifat destruktif maka akan berdampak buruk pada
proses perkembangannya. diakhir tulisan ini, penulis mengajak kita semua,” mari
kita dukung kaum muda dengan megontrol aktivitas kaum serta memberikan kesempatan
yang sama kepada kaum muda untuk melakukan hal-hal positif.
DAFTAR PUSTAKA
Bora, Peppy, 2010, Makalah: Kemerosotan Moral Kaum Muda dalam Era
Globalisasi, kuwu, Ruteng.
Poejawidjatna,
1998, Tahu Dan Pengetahuan “Pengantar
ke Ilmu dan Filsafat”, Rineka Cipta, Jakarta.
Suhartono,
Suparlan, 2008, Wawasan Pendidikan Sebuah
Pengantar Pendidikan, AR-RUZ MEDIA, Jogjakarta
Syah, Muhibbin, 2010, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,
Remaja Rosdakarya, Bandung
Tirtarahardja, Umar, dan S. L. La
Sulo, 2005,Pengantar Pendidikan, Remaja
Rosdakarya, Jakarta.
WEB:
http:// www.dedeyahya.com/2011/04/makalah-filsafat-dan-sains.html.
diakses pada tanggal 16 Maret 2012.
Dikutip
dari http://www.sciencemadesimple.com/science-definition.html. diakses pada tanggal 15 Maret
2012.
http:
// zizakamal.blogspot.com/2009/03/aliran-aliran-dalam-pendidikan-islam.html
0 komentar:
Posting Komentar